Saturday 27 February 2010

HAKIKAT ADAM - TAFSIR SUFI - PEPERONITY.COM

Surat Al- Baqarah Ayat 30-41
Surat Al- Baqarah Ayat 30


Khilafah Sufistik

“ Dan ingatlah Tuhamu berfirman kepada para malaikat,” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata,” Apakah Engkau hendak menjadikan (khilafah) dimuka bumi itu orang yang melakukan perusakan didalamnya dan mengalirkan darah. Dan kami bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan hanya pada-Mu.” Maka Allah berfirman,”Sesungguhnya Aku Maha Tahu apa yang tidak kalian ketahui.”

Ayat ini mengisyaratkan rahasia Tuhan :
Pertama, tentang positioning malaikat dalam tata jagat semesta kemahlukkan yang pengetahuannya terbatas pada obyek-obyek dibawahnya sehingga ia tidak mengetahui rahasia-rahasia alam yang ada diatasnya.
Dua, positioning manusia yang diangkat sebagai khalifah dimuka bumi menunjukkan bahwa adanya yang tersembunyi dalam diri manusia itu sendiri yang tidak diketahui oleh para malaikat. Rahasia-rahasia itu antara lain, manusia diberi baju Adma’, Sifat, Af’al dan Dzat Allah yang ada dalam rahasia Ruh Allah.
Ketiga, malaikat memandang manusia sebagai perusak bumi dan pembunuh sesama, hal ini disebabkan oleh perspektif malaikat itu sendiri bahwa manusisa adalah wujud dari alam ruhani dan alam jasmani dimana ketika terjadi pertemuan kedua alam itu muncul hawa nafsu. Nafsu kebinatangan disatu sisi dan nafsu keganasan disisi lain yang menjadi cirri khas nafsu itu sendiri.
Keempat, ketidaktahuan malaikat terhadap rahasia Allah dibalik penjadian kekhalifahan disebabkan adanya hijab yang menghalangi musyahadahnya dengan Allah SWT. Karena pada hakikatnya memang hanya manusia saja yang bisa berhadapan dengan Allah.
Kelima, rahasia Allah justru terletak pada perpaduan dunia ruh dan dunia fisik yang ada pada manusia. Sesungguhnya ayat tersebut juga obyek dunia sufi mengenai konsep kekhalifahan sufistik. Para sufi memandang, bahwa khalifah adalah tajalli(manifestasi)-Nya Allah yang direspon oleh para hamba dalam ke-fana’an terhadap jabarut dan malakut serta lahut-nya Allah Ta’ala. Karena itu ayat tersebut juga mengandung rahasia keabadian yang merupakan pertemuan antara yang ‘azali dan yang abadi.

Berarti ada lima elemen utama yang minimal harus diketahui oleh manusia untuk mencapai derajat khalifah yang hakiki.

1. Manusia dapat mencapai derajat khalifah manakala manusia mampu mengalami ke-fana’-an total dalam ke-baqa’-an-Nya.
2. Manusia yang mengenal dirinya dalam ke-fana’an itu maka a akan mengenal Allah dalam ke-baqa’-an-Nya.
3. Sebuah kata-kata dari Allah seperti ayat diatas adalah wujud kepastian yang nyata.
4. Derajat kekhalifahan hanya bisa dicapai manakala manusia bisa mengalahkan nafsu hewani dan nafsu kebuasan yang destruktif.
5. Sirrulah (rahasia Allah), justru dihijabi yang pada hakikatnya tidak ada, apa yang kita lihat ada sekitar kita bukanlah ada yang sesungguhnya, sebab hakikat ada ialah Allah itu sendiri. Oleh karena itu tazkiyatun nafs yang diberikan oleh para sufi melalui pendidikan dan latihan ruhani merupakan gerbang awal dari Tasbih, Tahmid dan Taqdis yang selama ini menjadi wahana para malaikat sekaligus menjadi batin dari alam malakut. Dan kelak, seorang hamba baru akan “diwisuda” oleh Allah melalui toga kekhalifahan.

Protes malaikat diatas juga disebabkan oleh ketidaktahuannya akan perpaduan dua alam yang tersembunyi didalamnya, penampilan makna-makna Uluhiyah dan sifat-sifat Rabbaniyah. Yang dilihat malaikat hanyalah nafsu syahwat dan marah, yang melahirkan dsetruksi peperangan dan perusakan bumi, karena hubungan antara ruh dan badan. Wallahu A’lam.
Surat Al- Baqarah Ayat 31-33

Makhluk Unggulan Spiritual

“Dan Allah mengajari Adam semua nama-nama, kemudian Allah mengemukakannya kepada malaikat, lalu berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda itu jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.!”

Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang ...

...kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, sesungguhnya Aku Mengetahui rahasia langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu tampakkan dan kamu sembunyikan.”

Ayat di atas merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya mengenai “protes Malaikat” kepada Allah Ta’ala, soal khilafah bumi.

Allah mengajarkan nama-nama benda semesta itu melalui hati Adam as, sehingga ia mengenal hakikat benda-benda itu, manfaat dan bahayanya, lalu Adam as, mempresentasikan nama-namanya secara keseluruhan.
Pengakuan malaikat atas kelebihan-kelebihan Adam atas diri mereka merupakan bagian dari rahasia-rahasia Allah Ta’ala. Di samping manusia merupakan ahsanu taqwim, manusia merupakan prototipe “Cermin Ilahi” yang memancarkan Nur Muhammad, di mana, malaikat adalah bagian dari Nur Muhammad itu.

Allah mengetahui rahasia langit dan bumi, yang tidak diketahui oleh para malaikat, sesungguhnya adalah rahasia mahabbah dan ma’rifah yang dilimpahkan pada manusia. Para malaikat pun dilimpahi Kasih sayang-Nya dengan menyebutkan, “Aku Maha Tahu apa yang engkau tampakkan.” Maksudnya yang tampak pada para malaikat tentang manusia adalah mafsadah-mafsadah (kerusakan) yang muncul dari perpaduan antara jasad dan ruh yang suci, yang menimbulkan nafsu. Sementara Allah juga menyebutkan, “Apa yang kamu sembunyikan,” yaitu berupa penyucian-penyucian dan tasbih para malaikat kepada Allah Ta’ala.

Informasi mengenai pengetahuan semesta, secara universal telah dilimpahkan oleh Allah ta’ala kepada Adam as. Pada ayat tersebut jelas, bagaimana, pengetahuan malaikat terhadap informasi alam semesta dan hakikat-hakikatnya, harus melewati pengetahuan Adam as. Dan kelak keunggulan Adam itulah yang menjadikan dirinya ditakdirkan sebagai Khalifatullah fil Ardl..

Manusia memiliki kekuatan potensial untuk membangun peradaban bumi. Sementara malaikat akan terus menerus menyucikan Allah dan mentasbihkan Allah SWT.

Tetapi mahabbatullah dan ma’rifatullah itulah puncak prestasi manusia yang secara ‘ubudiyah merupakan bentuk lain dari Makhluk Unggulan Allah Ta’ala. Dari sana pula manusia mesti belajar merefleksikan dirinya, apakah kelak ia akan menjadi asfala safilin, atau makhluk paling rendah dan hina, karena jauh dari mahabbah dan ma’rifah, bahkan menjadi kafir atau sebaliknya ia akan menjadi ahsanu taqwim, manakala ia beriman dan beramal saleh. Beriman berarti meyakini, mencitai dan ma’ritaullah sebagai puncaknya, lalu teraksentuasikan dalam kerja kreatif peradaban yang saleh. Suatu kreasi manusia yang didasarkan pada keimanan yang dalam, dan berujud kesalehan sehari-hari.






Surat Al- Baqarah Ayat 34-35
Iblis Terjebak dalam Formalisme


“Dan ketika Kami katakan kepada para Malaikat, “Sujudlah kepada Adam!” Maka mereka pun bersujud, kecuali Iblis. Ia membangkang dan merasa besar diri, dan ia tergolong orang-orang yang kafir.” (Q.S. al-Baqarah: 34)

Ibnu Arabi mengatakan, bahwa perintah sujud kepada Adam, bukan bentuk penyembahan malaikat kepada Adam, tetapi sebagai bentuk penghormatan, karena kedudukan Adam lebih tinggi dibanding semua makhluk itu. Para malaikat taat dan tunduk kepada Adam.
Sementara iblis, yang memiliki potensi keraguan dan kesangsian, mengabaikan perintah Allah itu. Iblis mengabaikan perintah itu karena dia terhijab dari pemahaman hakikat Adam. Hijab itu adalah bentuk wujudnya Adam saja yang dilihat oleh iblis, wujud formal dan tekstualnya, sehingga iblis kehilangan hakikat Adam. Padahal kalau iblis tahu akan makna-makna hikmah samawiyah pada Adam, pasti ia akan tetap dalam mahabbah menuju ridla Allah Ta’ala.

Iblis itu sendiri termasuk kalangan jin, yaitu kelompok makhluk dari alam malakut paling bawah yang sudah berbaur dengan potensi-potensi kebumian. Ia tumbuh dan terdidik antara fenomena malaikat-malaikat langit untuk memahami makna-makna yang bersifat parsial, lalu ia dinaikkan sampai pada ufuk rasional. Tidak aneh jika ada sejumlah binatang, yang memiliki “kecerdasan” mendekati manusia.

Iblis menolak terhadap perintah Allah, justru karena iblis mengabaikan akal budi dan himmah yang ada pada dirinya, sehingga memunculkan sifat takabur terhadap format Adam yang terbuat dari tanah itu. Iblis terhijab dari memandang hakikat-hakikat Adam dari balik gumpalan tanah itu. Sehingga ia tergolong orang yang kafir sejak ‘azali yang ...

...terhijab dari cahaya-cahaya akal budi dan cahaya “perpaduan” ciptaan, apalagi dari cahaya-cahaya kesatuan.

Maka dari itu, Allah Ta’ala selanjutnya berfirman:

“Dan Kami katakan, “Wahai Adam, hunilah surga, dirimu dan istrimu, dan makanlah kalian berdua, makanan semau kalian. Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zhalim.” (al-Baqarah 35).

Siapakah hakikat istri Adam itu? Ia adalah nafsu yang namanya Hawa, karena berinteraksi dengan jasad yang bersifat gelap. Hidup itu sendiri jika dimetaforkan pada warna, adalah warna hitam. Sebagaimana hati disebut Adam, karena kata Adam itu berkaitan dengan fisik, tetapi tidak bersifat lazim pada karakter. Karena kata “Adamah” berarti kelabu, yaitu warna yang diarahkan menuju warna hitam.

Sedangkan surga tempat ia diperintah untuk menghuninya itu, adalah langit alam arwah yang menjadi Raudlatul Quds (Taman Suci). Di sanalah keduanya diperintahkan untuk mengkonsumi apa saja, dari segala makna, hikmah, ma’rifah yang sesungguhnya merupakan konsumsi kalbu itu sendiri, sekaligus menjadi hidangan ruhani, dari segala maqam, martabat, derajat dan tingkat-tingkat spiritual, selamanya tanpa ada batas.
Pohon larangan yang secara hakiki tidak boleh didekati oleh Adam dan Hawa, merupakan pohon zhulmah (kegelapan), karena seluruh elemen duniawi ada di dalam pohon tersebut.(Bersambung)

Surat Al- Baqarah Ayat 36-39
Bersalahkah Nabi Adam AS ?


“Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfiman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Kemudian Adam menerima beberapa Kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari syurga itu. Maka jika datang petunjukKu kepadamu, lalu siapa yang menerima petunjukKu, maka mereka tidak ada ketakutan dan tidak ada kesusahan.”

“Sedangkan orang-orang yang kafir dan mendustakan petunjuk Kami mereka itu penghuni neraka, kekal di dalamnya.”

Ayat-ayat ini masih berkait dengan edisi lalu, mengenai pertarungan antara syetan dengan Adam as. Kegagalan Adam as, sesungguhnya bagian dari rahasia-rahasia Allah swt., kalau tidak sama sekali disebut sebagai bagian dari “sandiwara Ilahiyah”, untuk menunjukkan kekuasaan Allah swt terhadap para hamba-hambaNya, sekaligus menjelaskan cinta dan kasih sayangnya secara nyata.

Dari segi syariat, Adam as telah melakukan kesalahan atau dosa karena melanggar perintah Allah swt, melalui rekayasa syetan yang terus menggodanya. Tetapi dari segi hakikat, sesungguhnya peristiwa turunnya Adam ke muka bumi merupakan bentuk dari ketidakberdayaan hamba di hadapan Allah swt. Persdpektif hakikat ini, harus dipandang secara hakiki pula, dimana hal-hal yang bersifat akal rasional harus ditepiskan. Tetapi harus dipahami menurut kecerdasan ruhani kita, dengan memandfang peristiwa tersebut dari dimensi Ilahiyah.

Sebab dalam peristiwa itu terkandung beberapa hikmah yang agung:
1. Tanpa turunnya Adam as, ke muka bumi, kita semua tidak mungkin ada, dan Nabi Muhammad saw, yang menjadi pusat gravitasi cahaya yang melahirkan makhluk-makhluk di jagad semesta juga tidak mungkin ada.
2. Manusia dan hamba adalah tempat salah dan dosa. Klaim seorang hamba mendapatkan atau bisa melakukan sebuah kebenaran adalah mustahil. Karena itu, kebenaran pasti dari Allah Ta’ala, dan kesalahan pasti dari manusia. Seseorang mendapatkan kebenaran semata karena hidayah Allah pada hamba tersebut, selebihnya, jika manusia berjalan dengan sendirinya, ia justru akan meraih kegelapan demi kegelapan.
3. Sebesar apa pun dosa seorang hamba, jika sang hamba kembali bertobat kepada Allah swt, niscaya akan diterima taubatnya, dan ia akan lahir kembali dengan bimbingan Allah Ta’ala. Dosa Adam as, adalah dosa terbesar jika dibandingkan dengan seluruh dosa-dosa hamba Allah, maka dosa Adam adalah dosa terbesar. Allah masih mengampuni kecuali jika sang hamba musyrik, lalu tidak kembali pada jalan Allah Ta’ala.
4. Di bumi, manusia senantiasa berjalan di dunia dzulumat atau kegelapan. Kegelapan itulah sumber ketakutan dan kegelisahan yang sesungguhnya. Maka siapa pun yang mengalami kegelisahan dan ketakutan, sesungguhnya ada segumpal kegelapan pada dirinya. Yang menghapus kegelapan adalah Cahaya Allah yang menyinari bumi, hingga melahirkan petunjuk yang benar.
5. Sebaliknya, mereka yang enggan dan kafir terhadap petunjuk Allah ia akan terlepar dalam kegelapannya sendiri, yaitu neraka kekal yang ada di depannya.
Pertarungan selanjutnya adalah pertarungan antara gelap dan terang. Di tengah-tengah pertarungan itu muncullah nafsu yang senantiasa ditunggangi syetan, agar manusia terus ........

...terseret oleh kegelapan itu sendiri.

Nafsu adalah produk dfari pertemuan antara ruh dan jasad dunia, yang secara alamiyah memiliki kecvenderungan merusak lingkungan dan menumpahkan darah. Dari potensi-potensi nafsu itulah muncul apa yang disebut dengan dimensi-dimensi akhlak madzmumat atau mdzlumat yang sangat negatif. Tetapi manusia juga memiliki dimensi Ilahiyah yang kelak melahirkan al-akhlaqul mahmudah., yang mendorong manusia itu terus menerus berbuat positip.

Dalam perspektif Sufi, manusia lebih baik melihat dimensi-dimensi negatif dirinya, cacat-cacat jiwanya, perilaku buruknya, ketimbang menyelami rahasia positipnya, bahkan rahasia Ilahiyah dibalik dimensi spiritualnya. Sebab ketika manusia mengenal kelemahan, cacat, kezaliman dirinya, ia akan menyadari betapa penbtingnya pembersihan jiwa. Ketika manusia melakukan proses pembersihan jiwa itulah proses positip secara ruhani otomatis masuk dalam ruhaninya.

Rahasia-rahasia Ilahiyah akan tersingkap begitu saja, manakala jiwa-jiowa kita siap menerimanya, memantulkan cermin cahaya Iolahiyah itu. Tetapi segalanya malah akan gagal, seterang apa pun cahaya itu, manakala mosaik cermin kita mengalami keburaman. Sehingga kebenaran dan nilai-nilai keagungan Ilahiyah tidak tampak dalam pantulan hidayah jiwanya.

Surat Al- Baqarah Ayat 40-41
Peringatan-peringatan Ruhani dan Hijab Akidah

“Wahai Bani Israil, ingatlah kalian akan nikmat-Ku, yang telah Aku berikan kepada kamu, dan tepatilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan hanya kepada-Ku-lah kamu menyembah (tunduk).”

“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (al-Qur’an), yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama-tama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga rendah, dan hanya kepada-Ku-lah kamu bertakwa.”

Ibnu Arabi mengatakan dalam Tafsir Tasawufnya, bahwa Bani Israil sebenarnya tergolong kelompok halus Budi Ilahi (Ahlul Luthfil Ilahi), penerima nikmat hidayah dan Nubuwwah, dan karena itu, Allah mengingatkan mereka dengan kebesaran dan nikmat yang dahulu itu. Di samping mengingatkan akan perjanjian yang harus dipenuhi antara Allah dan Bani Israil.
Allah mengingatkan kembali kepada mereka karena mereka telah alpa dalam kenikmatan semu hijab akidahnya sendiri, sehingga Bani Israil merasa superior. Dan superioritas itulah yang sesungguhnya bisa menjadi tabir hubungan antara hamba dengan Allah Ta’ala.
Nikmat Tajalli Af’al dan Sifat Ilahiyah yang dihamparkan oleh Allah untuk menuju tauhid Dzat atau tersingkapnya Hijab Dzat, sangat berhubungan dengan al-Qur’an yang diturunkan di kemudian waktu, yang membenarkan Taurat. Taurat yang merupakan Tajalli Af’al, sementara al-Qur’an adalah Tajalli Sifat Allah, adalah penyempurna agar penyingkapan Dzatullah semakin dekat.
Karena itu peringatan Allah terus berlanjut, “Janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepada-Ku.” Maksudnya janganlah kamu, justru menjadi pelopor hamba Allah yang memasuki alam hijab-Ku, karena hijab akidahmu selama ini, karena kamu menjual ayat-ayat-Ku -- sebagaimana dalam Surat Ikhlas dan Ayat Kursi -- yang menunjukkan penampakan Sifat dan Dzat-Ku, dengan harga yang hina, yaitu dengan hijab yang gelap gulita darimu.
Hijab hina itu berupa sifat-sifat nafsu atau egoisme maniak yang menyeret mereka pada hedonisme atau kenikmatan fisik material belaka, di samping hasratmu pada balasan pahala amaliyah dengan pentauhidan Af’al Allah.
Karena itu hendaklah Bani Israil itu waspada adanya syirik, takutlah pula dari lecutan keperkasaan-Ku, kebesaran-Ku, hijab-Ku, dengan cara kalian meraih ridla-Ku. Karenanya janganlah kalian membuat ketetapan sifat selain Diri-Ku.

HAKIKAT ADAM - Halaqah Raudhah

Kelebihan Nabi Adam A.S Berbanding Iblis

Kelebihan Nabi Adam a.s. berbanding Iblis

Bismillah... Alhamdulillah... Selawat dan Salam buat Rasulillah s.a.w..

Di antara kelebihan zahir Nabi Adam a.s. berbanding Iblis ialah, Allah s.w.t. menjadikan Nabi Adam a.s. sebagai khalifah di muka bumi ini.

Adapun antara kelebihan yang tersembunyi di sebalik hakikat Nabi Adam a.s. ialah, baginda a.s. merupakan suatu jasad yang akan diletakkan roh dan nur Nabi Muhammad s.a.w. (kekasih teragung di sisi Allah s.w.t.) ke dalamnya. Oleh itu, Nabi Adam a.s. diciptakan untuk dijadikan sebab wujudnya Rasulullah s.a.w. dari nur ke alam basyariah, di dunia ini. Oleh itu, sebab yang membawa kemuliaan juga merupakan suatu yang mulia.

Di antara kelebihan batiniah Nabi Adam a.s., ialah hakikat Ubudiyah dalam diri Nabi Adam a.s. yang dikurniakan oleh Allah s.w.t. kepada baginda a.s..

Nabi Adam a.s. dikurniakan hakikat Ubudiyah yang tidak ada pada Iblis, walaupun pada zahirnya, Iblis lebih banyak beribadah kepada Allah s.w.t..

Takkala Adam a.s. diciptakan, Iblis merupakan makhluk yang palng kuat beribadah, sedangkan Nabi Adam a.s. pada ketika itu belum lagi pernah beribadah kepada Allah s.w.t. kerana baru diciptakan.

Oleh itu, takkala Iblis disuruh untuk sujud menghormati Nabi Adam a.s., ANA (sifat rasa diri sendiri bagus) meluak-luak di dalam hatinya, kerana membandingkan dirinya yang sudah lama beribadah kepada Allah s.w.t., dengan makhluk yang baru diciptakan, tanpa sebarang ibadah.

Apabila ANA dalam diri Iblis tercabar dengan Nabi Adam a.s., dia lantas lupa bahawa yang menyuruhnya sujud kepada Adam a.s. ialah Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu, dan Tuhan yang Maha Berkuasa, walaupun sebelum itu, dia telah mengenali sifat-sifat Allah s.w.t. tersebut.

Namun, apabila yang dipandangnya ialah perintah Allah s.w.t. tersebut, yang memaksa dia menghina dirinya, maka dia tidak nampak lagi kebesaran Allah s.w.t. yang memerintahnya melakukan sedemikian, dek sibuk membela kebesaran ANA (diri sendiri).

Maka, terpacullah dari mulutnya perkataan "ANA" dari dirinya lantas membandingkan ANA dengan Adam a.s. takkala mengatakan "ANA KHAIRUN MINHU" (saya lebih baik dari dia).

Namun, Iblis menyedari, kata-katanya menjatuhkan dirinya di hadapan Allah s.w.t., takkala mengutamakan ANA (dirinya) dari Allah s.w.t.. Ia secara tidak langsung menjadikan ANA sebagai tuhan selain Allah s.w.t.. Iblis lantas segera untuk menutup kesalahannya dengan perkataan: "KAMU (ALLAH) ciptakan aku dari api dan kamu ciptakan dia (Adam a.s.) dari tanah". Ini ialah satu pendustaan Iblis yang jelas, kerana ucapannya tidaklah sama seperti apa yang disembunyikan di dalam dirinya.

Kalaulah dia sememangnya bermaksud, untuk tidak sujud kepada Adam a.s., kerana dia diciptakan dari api dan Adam a.s. diciptakan dari tanah, apa masalahnya sang api sujud menghormati sang tanah? Dari perkataannya sendiri "KAMU menciptakan aku... " telah jelas bahawa, Allah s.w.t.lah yang mencipta sesiapa yang dikehendaki sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Jadi, kalaulah dia benar-benar faham apa yang dikatakan tentang "Kamu ciptakanku dari api dan Kamu ciptakan dia dari tanah", maka, tidak akan menghalang dia untuk sujud kepada Adam a.s. takkala diperintah oleh "KAMU" (Allah s.w.t.) yang menciptakan ku (iblis) dan dia (Adam a.s.). Ini kerana, kalaulah iblis hayati bahawa dia diciptakan oleh Allah s.w.t. dan Adam juga diciptakan oleh Allah s.w.t., jadi tidak boleh mengatakan "SAYA lebih BAIK dari DIA" dari sudut penciptaan kerana kedua-duanya dari Allah s.w.t..

Tetapi, apa yang tersembunyi dalam hatinya bukanlah dari sudut perbezaan ciptaan antaranya dengan Adam a.s. yang diciptakan dari tanah, kerana iblis juga faham, tanah lebih banyak manfaat dari api. Apa yang tersimpan dalam hatinya ialah "ANA", tuhan selain Allah s.w.t., takkala merasa dirinyalah yang taat kepada Allah s.w.t. dan dirinyalah yang bersusah-payah beribadah kepada Allah s.w.t., sehingga lupa bahawa, ianya (ketaatan dan usahanya) dari Allah s.w.t., padahal dia mengetahuinya.

Apabila hijab diri sendiri menebal, maka yang wujud di pandangannya hanyalah ANA (diri sendiri), bukan DIA (Allah s.w.t.). Maka, Allah s.w.t. memurkai Iblis kerana dia menyembah "ANA" (diri sendiri) takkala merasa diri sendiri layak dikatakan "BAIK" sedangkan sifat "BAIK" itu dari Allah s.w.t. dan hanya Allah s.w.t.lah yang boleh mengaku baik, dan hamba-Nya perlu merendah diri di hadapan Allah s.w.t. yang Maha Baik dengan menghina diri sendiri.

Jadi, kegagalan Iblis menghina diri dengan sujud kepada Adam a.s. kerana tidak mahu merendah diri di hadapan Allah s.w.t. takkala hijab ANAnya menebal, menyebabkan dia (Iblis) sendiri akhirnya mengetahui hakikat bahawa, Adam a.slah yang lebih baik daripadanya, kerana dirinya gagal merendahkan diri di hadapan Allah s.w.t..

Adapun hakikat Adam a.s., seorang Nabi Allah s.w.t., maka sememangnya baginda a.s. lebih baik dari Iblis. Takkala Iblis berusaha untuk menjatuhkan Adam a.s. sepertinya juga, dengan maksiat, Allah s.w.t. mengizinkannya dengan meletakkan syariat kepada Nabi Adam a.s. di dalam syurga tersebut, takkala melarang Adam a.s. dari mendekati dan memakan buah khuldi, bagi memberi ruang Iblis menguji hakikat Nabi Adam a.s. Kalau tiada larangan dari Allah s.w.t., dari mana datang maksiat untuk Nabi Adam a.s. di dalam syurga, kerana maksiat berkaitan dengan melanggar arahan. Kalau tiada perlanggaran terhadap arahan, maka tiada maksiat.

Maka, setelah Allah s.w.t. memberi satu arahan mudah kepada Nabi Adam a.s. supaya tidak memakan buah khuldi, Iblis berusaha untuk menjatuhkan Adam a.s. ke lembah maksiat supaya Adam a.s. sama sepertinya, kerana pada ketika itu, Adam a.s. lebih baik darinya kerana tidak pernah melakukan maksiat.

Iblis a.s. menipu Adam a.s. dengan mengatakan: "Tuhan tidak benarkan kamu makan buah khuldi kerana tidak mahu kamu jadi malaikat ataupun supaya tidak mahu kamu kekal dalam syurga".

Jadi, Nabi Adam a.s. terfikir, untuk sentiasa bersama dengan Tuhannya, dan tempat yang paling hampir dengan Tuhannya ialah di syurga. Dia juga terfikir, untuk menghampiri Allah s.w.t. dengan menjadi malaikat kerana, pada pendapatnya, malaikat lebih hampir kepada Allah s.w.t. berbandingnya.

Maka, hakikat Adam a.s. memakan buah khuldi ialah untuk menghampiri Allah s.w.t., walaupun pada hakikatnya, cara menghampiri Allah s.w.t. ialah dengan mengikut suruhan Allah s.w.t.

Jadi, salah faham Adam a.s. tentang mahfum taqarrub (menghampirkan diri kepada Allah s.w.t.) menyebabkan baginda a.s. salah memilih cara taqarrub dengan memakan buah khuldi tersebut, dengan tujuan untuk menjadi malaikat supaya dapat lebih hampir kepada Allah s.w.t., dan
kekal dalam syurga supaya dapat sentiasa menghampiri Allah s.w.t. .

Jadi, di sebalik maksiat Adam a.s., ialah UBUDIYAH (pengabdian diri kepada Allah s.w.t.) takkala niatnya ialah untuk menghampiri Allah s.w.t., sedangkan di sebalik maksiat Iblis ialah, RUBUBIYAH ANANIYAH (menjadikan diri sendiri tuhan di samping Allah s.w.t.) dengan merasakan diri sendiri baik.

Jelaslah bahawa, kelebihan utama antara Nabi Adam a.s. dengan Iblis ialah, pada penghayatan makna UBUDIYAH dalam diri, takkala Nabi Adam a.s. mengakuinya sedangkan Iblis menjadikan RUBUBIYAH dalam dirinya.

Lihatlah secara jelas, bagaimana Adam a.s. takkala diturunkan ke dunia untuk membayar harga maksiatnya, Adam a.s. sentiasa menyalahkan diri sendiri dan menyesal serta mengakui bahawa: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami, dan jika Engkau tidak mengampunkan kami, maka kami akan termasuk di kalangan orang-orang yang rugi".

Dalam doa Adam a.s. ini, ada makna Ubudiyah yang tinggi iaitu:

Menisbahkan kezaliman kepada diri sendiri dan kepada diri sendiri

Menegaskan bahawa, dari Allah s.w.t.lah, datangnya segala kebaikan takkala mengatakan "kalau Engkau tidak mengampuni kami, kami temasuk di kalangan mereka yang rugi" Dalam doa ini mengandungi makna, kebergantungan seseorang hamba kepada Tuhannya dan tanpa cinta Tuhannya, maka rugilah seseorang hamba.

Sedangkan Iblis pula, takkala melakukan maksiat dengan tidak sujud kepada Adam a.s., tidak mengakui kesalahan, bahkan bersumpah untuk menyesatkan orang lain sama. Lihatlah betapa takabburnya Iblis dan betapa rendah dirinya Adam a.s. di hadrah Ilahi s.w.t..

Maka, siapakah sebenarnya yang lebih mulia di sisi Allah s.w.t.?

Maka fahamilah...

Wallahu a'lam...

Tajuk: Re: Kelebihan Nabi Adam A.S Berbanding Iblis
Dikirim oleh: intizhar on 18 November, 2009, 11:57:05 PM
Di atas IzinNya dan RahmatNya..Alhamdulillah syukur dengan segala penciptaanNya....

Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat (mengenal padaNya), maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia akan memperkenalkan kepadamu.Tidakkah kau ketahui bahawa makrifat itu semata-mata pemberian KurniaNya kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu hanya hadiah dpdmu, maka di manakah letaknya perbandingannya antara hadiahmu dgn Kurniaan Allah kepadamu ??.

Kelebihan dan keistimewaan ciptaan Allah jadikan Nabi Adam a.s. dari dzahir dan batin memang teramat menakjubkan..tiada siapapun di atas muka bumi ini boleh pertikaikan KekuasaanNya,..betapa hebat Engkau Ya Allah Dzat Maha Mencipta segala sesuatu..

Melewati sirah Nabi Adam a.s., iblis dan yang berkenaan itu juga boleh di jadikan sebagai perumpamaan serta hikmahnya buat kita, kerana dengan terjadinya peristiwa perlanggaraan perintah Allah, Nabi Adam dan Hawa di perintah turun ke bumi.. andai tidak terjadi peristiwa itu, di manakah kita sekarang ini....?? Banyak persoalan di sini yg tidak terjawab..begitulah kerana dengan kemiskinan dan kekerdilan tahap Ilmu pemikiran kita..melainkan KeAgungan Dzat yang Maha Mengetahui segala-galanya...

Firman Allah swt " Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: " Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan ? ". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang di sesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu ( pula ) banyak orang yang di beri-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang di sesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik ". ( QS Al Baqarah :26 )..

Demikian semuga Allah swt menuntun hati kita.. dan mudahan kita diberi petunjuk dan hidayahNya atas ilmu-ilmuNya yang tersembunyi maknanya.. Amin..wallahu'alam.



Tajuk: Re: Kelebihan Nabi Adam A.S Berbanding Iblis

Dikirim oleh: an-nisa on 19 November, 2009, 01:43:07 AM
Assalamualaikum..

Disini jelas bahawa nabi Adam as tidak berdosa..ada dikalangan rakan2 ana yang masih keliru dengan perkara ini kerana di sekolah keadaan sebenar seperti kupasan di atas tidak dihurai dengan lengkap..Ada yang berpendapat nabi adam berdosa yakni dengan kata lain mengkhianati janjinya pada Allah..sedangkan kita sedia tahu sifat wajib bagi nabi adalan amanah,yakni tidak akan mungkir atau khianat pada janjinya.Jika tanggappan sebegitu tidak diperbetul ditakuti gugur satu aqidah kita..nauzubillah

semoga Allah sentiasa beri petunjuk dan hidayahNya..
amin..

HAKIKAT ADAM - SUFINEWS.COM

Al-Baqarah Ayat 34-35

Iblis Terjebak dalam Formalisme

“Dan ketika Kami katakan kepada para Malaikat, “Sujudlah kepada Adam!” Maka mereka pun bersujud, kecuali Iblis. Ia membangkang dan merasa besar diri, dan ia tergolong orang-orang yang kafir.” (Q.S. al-Baqarah: 34) Ibnu Arabi mengatakan, bahwa perintah sujud kepada Adam, bukan bentuk penyembahan malaikat kepada Adam, tetapi sebagai bentuk penghormatan, karena kedudukan Adam lebih tinggi dibanding semua makhluk itu. Para malaikat taat dan tunduk kepada Adam.
Sementara iblis, yang memiliki potensi keraguan dan kesangsian, mengabaikan perintah Allah itu. Iblis mengabaikan perintah itu karena dia terhijab dari pemahaman hakikat Adam. Hijab itu adalah bentuk wujudnya Adam saja yang dilihat oleh iblis, wujud formal dan tekstualnya, sehingga iblis kehilangan hakikat Adam. Padahal kalau iblis tahu akan makna-makna hikmah samawiyah pada Adam, pasti ia akan tetap dalam mahabbah menuju ridla Allah Ta’ala.

Iblis itu sendiri termasuk kalangan jin, yaitu kelompok makhluk dari alam malakut paling bawah yang sudah berbaur dengan potensi-potensi kebumian. Ia tumbuh dan terdidik antara fenomena malaikat-malaikat langit untuk memahami makna-makna yang bersifat parsial, lalu ia dinaikkan sampai pada ufuk rasional. Tidak aneh jika ada sejumlah binatang, yang memiliki “kecerdasan” mendekati manusia.

Iblis menolak terhadap perintah Allah, justru karena iblis mengabaikan akal budi dan himmah yang ada pada dirinya, sehingga memunculkan sifat takabur terhadap format Adam yang terbuat dari tanah itu. Iblis terhijab dari memandang hakikat-hakikat Adam dari balik gumpalan tanah itu. Sehingga ia tergolong orang yang kafir sejak ‘azali yang terhijab dari cahaya-cahaya akal budi dan cahaya “perpaduan” ciptaan, apalagi dari cahaya-cahaya kesatuan.

Maka dari itu, Allah Ta’ala selanjutnya berfirman:

“Dan Kami katakan, “Wahai Adam, hunilah surga, dirimu dan istrimu, dan makanlah kalian berdua, makanan semau kalian. Dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zhalim.” (al-Baqarah 35).

Siapakah hakikat istri Adam itu? Ia adalah nafsu yang namanya Hawa, karena berinteraksi dengan jasad yang bersifat gelap. Hidup itu sendiri jika dimetaforkan pada warna, adalah warna hitam. Sebagaimana hati disebut Adam, karena kata Adam itu berkaitan dengan fisik, tetapi tidak bersifat lazim pada karakter. Karena kata “Adamah” berarti kelabu, yaitu warna yang diarahkan menuju warna hitam.

Sedangkan surga tempat ia diperintah untuk menghuninya itu, adalah langit alam arwah yang menjadi Raudlatul Quds (Taman Suci). Di sanalah keduanya diperintahkan untuk mengkonsumi apa saja, dari segala makna, hikmah, ma’rifah yang sesungguhnya merupakan konsumsi kalbu itu sendiri, sekaligus menjadi hidangan ruhani, dari segala maqam, martabat, derajat dan tingkat-tingkat spiritual, selamanya tanpa ada batas.
Pohon larangan yang secara hakiki tidak boleh didekati oleh Adam dan Hawa, merupakan pohon zhulmah (kegelapan), karena seluruh elemen duniawi ada di dalam pohon tersebut.(Bersambung)
Last Updated ( Monday, 01 June 2009 06:37 )

HAKIAKT ADAM - Fatchurrachman.blogspot.com

Tentang Ketaatan dan Pembangkangan

Sahabat, setelah kita merenungkan tiga ayat sekaligus yang bercerita tentang nama-nama, maka marilah hari ini kita merenungkan masalah lain yang berkaitan dengan sikap taat melaksanakan perintah Allah, dan lawannya, yaitu sikap membangkang. Ketaatan dan pembangkangan atas perintah Allah ini menjadi hal yang sangat niscaya terjadi pada mahlukNya, terutama pada manusia sebagai khalifahNya.


Mari kita perhatikan ayat ini : Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. ( QS 2 : 34 ).

Ayat ini diberi catatan kaki, khususnya untuk menjelaskan perintah bersujud sebagai berikut : sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

Ayat ini mengabarkan kepada kita tentang banyak hal, yang kalau kita selami dengan kesadaran spiritual yang tinggi, akan menuntun kita semakin menyadari betapa sentralnya peranan manusia dalam percaturan hidup antarmahluk Tuhan.

Mula-mula Allah memerintah kepada para malaikat. Harap dicatat Sahabat, perintah kepada para malaikat. Perintah itu berbunyi : "Sujudlah kamu kepada Adam." Atas perintah ini serta merta para malaikat bersujud sebagai gambaran perwujudan taat menjalankan perintah Allah. Tetapi tiba-tiba Allah memunculkan tokoh lain, yaitu Iblis yang enggan melaksanakan perintah dan takabur, sehingga kemunculannya pun layak untuk dicermati.

Pertama, apakah Iblis itu – semula – adalah golongan malaikat. Tetapi karena mereka enggan melaksanakan perintah, maka kelompok pembangkang itu oleh Allah diberi sebutan lain yaitu Iblis ?

Kedua, Malaikat dan Iblis adalah mahluk Allah yang tidak memiliki ujud materi, atau, mereka adalah golongan mahluk tak berjasad, sehingga ada pemahaman bahwa keduanya itu berupa cahaya (Malaikat) dan api (Iblis). Iblis sendiri mengakui hal itu dengan ucapannya : Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". ( QS 38 : 76 ).

Mereka (Iblis) berkata demikian, artinya mereka tahu bahwa dirinya diciptakan dari api, juga karena Allah yang memberitahukan : Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. ( QS 15 : 27 ).

Memang, dalam ayat itu Allah menyebut Jin, bukan Iblis, tetapi keduanya adalah mahluk ciptaan Allah yang tidak berjasad. Keduanya dinisbatkan berasal dari api. Jika ada pemahaman bahwa di kalangan Jin itu pun terdapat kelompok yang baik, hal itu menjadi informasi bagi kita agar manusia selektif dan cermat ketika memasuki atau menempuh perjalanan spiritual.

Ketiga, Malaikat dan Iblis itu sesungguhnya merupakan dua sisi mata uang yang ada atau bersemayam dalam diri manusia. Malaikat adalah sisi atau wajah terang qolbu manusia, sedangkan Iblis dan anak keturunannya adalah sisi atau wajah gelap qolbu manusia. Keduanya senantiasa bergumul dalam pergumulan yang panjang dan seru serta saling mengalahkan. Pergumulan inilah yang oleh Rasulullah saw disebut sebagai jihad al-akbar, agar diri manusia sejati yang berasal dari tiupan Allah itu senantiasa menghadapkan wajahnya kepada Sang Maha Cahaya, yaitu Allah.

Sahabat, apakah kalian dapat menangkap betapa ayat ini sesungguhnya merupakan perintah agar kita senantiasa berupaya keras tetap berada dalam ketaatan ? Walaupun di sini Allah menceritakan perintahNya kepada Malaikat (dan Iblis) untuk bersujud – dalam arti menghormat – kepada Adam, dalam praktek hidup kekinian kita, perintah tersebut merupakan perintah kepada setiap manusia untuk tetap berada dalam ketaatan.

Malaikat dan Iblis yang diceritakan oleh Allah dalam ayat ini menjadi simbol dari wajah terang (karena selalu menghadapkan wajah kepada Sang Maha Cahaya) dan wajah gelap (karena ingkar/kufur/berpaling dari Sang Maha Cahaya). Simbolisasi itu menjadi amat jelas dengan sikap keduanya (Malaikat dan Iblis) dalam menerima perintah Allah. Malaikat – karena mereka selalu menghadapkan wajah kepada Allah – menerima dan melaksanakan perintah dengan taat. Sementara Iblis – karena berpaling dari Allah – menerima perintah tetapi tidak melaksanakan.

Malaikat pun merupakan simbolisasi dari penglihatan mahluk yang tidak terhijab dari memandang wajah Allah, sehingga mereka mampu memandang dan memahami semua ciptaan dan perintah Tuhan sampai ke hakikat terdalamnya. Itulah sebabnya, mereka selalu melaksanakan setiap perintah dengan sami’na wa atho’na – saya mendengar dan saya taat – untuk melaksanakan perintah itu. Bahkan mereka tidak merasa rendah harus menghormati Adam, karena mereka tahu hakikat Adam.

Sebaliknya adalah Iblis yang merupakan simbolisasi dari penglihatan mahluk yang terhijab dari memandang wajah Allah, sehingga mereka gagal memandang dan memahami hakikat terdalam dari ciptaan Tuhan dan perintah-perintahNya. Itulah sebabnya, Iblis merasa lebih baik dan lebih mulia dari Adam, sehingga mereka menolak menghormati Adam, karena tidak tahu hakikat Adam.

Sahabat, marilah kita sadari bersama hal ini sebagai pelajaran yang amat berharga bagi kita sebagai salah satu upaya untuk menundukkan ego kita. Sebab telah nyata bagi kita – dengan merenungkan ayat 34 surat Al-Baqarah – bahwa ketaatan hanya dapat dibangun di atas pondasi ma’rifatullah yang menyebabkan pandangan bashiroh kita tidak terhalang dari wajah Allah sebagaimana disimbolkan melalui malaikat. Jika bashiroh kita terbuka – sehingga tidak buta – maka Allah akan memberikan kepada kita pemahaman hakikat yang terdalam dari setiap mahlukNya dan perintahNya.

Nabi Muhammad saw adalah suri teladan bagi manusia karena ma'rifatnya yang sempurna sehingga digambarkan betapa akrab "pertemanannya" dengan Jibril (malaikat) bahu membahu melaksanakan ketaatan kepada Allah. Hal itu terjadi karena keduanya adalah gambaran utuh tentang mahluk Allah yang penglihatan bashirohnya tidak terhijab dari memandang Allah. Tidak mengherankan, jika Jibril senantiasa datang pada saat-saat yang diperlukan untuk "membantu" Nabi Muhammad saw dalam memberikan pencerahan spiritual kepada para pengikutnya. Seringkali dikisahkan malaikat Jibril datang dalam bentuk manusia untuk menanyakan sesuatu kepada Nabi Muhammad saw ketika ia berada di tengah-tengah umat. Jawaban Nabi atas pertanyaan itu merupakan pelajaran dan sekaligus perintah yang harus dilaksanakan dengan penuh ketaatan oleh umat Muhammad.

Sementara itu kegagalan Iblis dalam membangun ketaatan melaksanakan perintah Tuhan itu pun disebabkan oleh ketiadaan ma'rifat. Ia disebut kufur - membelakangi Cahaya - Allah sehingga yang dipandangnya pun tidak ada kecuali kegelapan. Dia gagal memahami hakikat Adam, bahkan hakikat terdalam dari segala perintah dan ciptaan Tuhan.

Memang ada sementara pendapat bahwa Iblis dan anak keturunannya - yaitu syetan - adalah mahluk yang tinggi ma;rfiatnya kepada Tuhan. Alasannya adalah karena mereka telah diajak berdialog oleh Tuhan, sehingga mustahil jika mereka tidak mengenal Tuhan.

Pendapat ini mengantarkan kita pada pelancakan kita yang keempat mengenai Malaikat dan Iblis. Keduanya adalah mahluk yang menjalani takdir Tuhan dari awal sampai akhir penciptaannya. Malaikat ditakdirkan untuk menjadi mahluk yang taat, sementara Iblis ditakdirkan untuk menjadi mahluk yang membangkang.

Tetapi manusia ditakdirkan oleh Allah untuk berada di antara keduanya, yakni di antara taat dan membangkang. Maka kepada manusia diberikan kemerdekaan penuh oleh Allah untuk menentukan nasibnya sendiri.

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (QS 13:11).

Allah memberikan fasilitas seluruhnya dengan menjadikannya khalifah kepada manusia untuk melakukan posisioningnya di dalam percaturan hidup antarmahluk. Tetapi semua pilihan itu akan mengandung konsekuensinya masing-masing. Dan perangkat posisioning diri itu adalah syariat yaitu menjadikan dirinya sebagai abdi Tuhan. Hal ini bermakna : jika manusia merendahkan dirinya dihadapan Tuhan - dengan menjadi abdi - maka Tuhan akan mengangkat derajatnya ke derajat yang mulia. Sebaliknya, jika manusia takabur, Tuhan akan merendahkan derajatnya.

Di sinilah letak relasipositif Sunah Rasul yang menyatakan : ketaatan adalah ukuranku. Artinya, Nabi Muhammad saw mnenjadikan ketaatan dalam hal melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sebagai alat pengukur posisioning dirinya dihadapan Tuhan. Dan - sebagai pengikut - kita pun wajib menempatkan ketaatan itu sebagai ukuran posisioning kita.

Dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui.[fat].

HAKIKAT ADAM - majelismuda

[M3B] Hakikat Nama Allah swt dan Hakikat Nur Muhammad sallaLlahu 'alayhi wa aalihi wasallam


        Hakikat Nama Allah swt dan Hakikat Nur Muhammad sallaLlahu 'alayhi wa
aalihi wasallam Suhbat Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani Rue Boyer 20
Paris, Minggu, 19 Maret 2006
Diambil dari www.mevlanasufi.blogspot.com

( Dalam Rangka Peringatan Mawlid Nabi Muhammad sallaLlahu 'alayhi wa aalihi
wasallam

Allah Allah Allah Allah Allah Allah ‘Aziiz Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Kariim Allah
Allah Allah Allah Allah Allah Allah Sulthana Allah
Allah Allah Allah allah Allah Allah Sulthana Allah

Allah SWT Huwa Sulthan, Dia-lah Sang Sulthan.

A’uudzu billahi minasy syaithanirrajiim, Bismillahirrahmanirrahiim. Nawaytul
Arba’in Nawaytul I’tikaf, Nawaytul Khalwah, Nawaytul ‘Uzlah, Nawaytur Riyadhah
Nawaytus suluuk lillahi ta’ala l-‘Azhiim fii hadzal masjid.

Sangatlah penting untuk mengetahui bahwa Allah SWT adalah Sang Sulthan,
lihatlah apa yang tertulis di sana [Mawlana Shaykh Hisham menunjuk ke kaligrafi
“Allah” dan “Muhammad” yang tergantung di tembok] Allah dan di sampingnya
Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Artinya, tak seorang pun
akan ditanya melainkan ia yang disisi Sang Pencipta. Karena di mahkamah
pengadilan zaman sekarang, kalian tak akan langsung ditanyai, melainkan yang
akan ditanyai adalah ia yang bertanggung jawab atas sang terdakwa, yaitu sang
pengacara. Kalian tak bertanya langsung pada sang terdakwa, melainkan bertanya
pada orang yang mewakilinya. Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam -, Allah SWT telah meninggikan derajat beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam - untuk ditanyai mewakili keseluruhan ummat.

Para Sahabah ra, keseluruhan dari mereka tahu akan hirarki mereka. Artinya,
hirarki itu ada, dan mereka tidak melangkahi batas hirarki mereka, setiap orang
mengetahui batasan mereka seluruhnya hingga mencapai Sayyidina Abu Bakar ra,
dan kemudian dari Sayyidina Abu Bakar ra untuk mencapai Sayyidina Muhammad -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Sayyidina ‘Umar - radiyAllahu ‘anhu wa
ardhah -, suatu saat ketika beliau menjadi khalifah, pernah seorang wanita
datang kepadanya sebagai seorang terdakwa dalam perzinahan. Beliau pun hendak
menghukum qisas wanita tersebut, ketika sayyidina ‘Ali - karramAllahu wajah -
berkata pada beliau, “Hentikan! Ya, ‘Umar, apa yang kau lakukan?”

Mereka saling mendengarkan pada satu sama lainnya, tidak seperti orang-orang
zaman sekarang. Beliau [‘Umar] tahu hal ini bahwa Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam - pernah bersabda, “Ana madinatul ‘ilmi wa ‘Aliyyun baabuhaa”,
‘Aku adalah Kota Pengetahuan dan ‘Ali adalah Pintunya”. Beliau [‘Umar] tahu
akan hirarki yang ada, “Ya, ‘Aliy, apa yang mesti kulakukan?” ‘Ali pun
menjawab, “Biarkan dia melahirkan bayinya terlebih dahulu, karena bayi tersebut
tidaklah bersalah. Setelah itu, baru kau dapat menimbang apa yang akan kau
lakukan [atasnya]”.

Ini menunjukkan pada kita betapa mereka, para Sahabat, saling menghormati
satu sama lainnya, dan menunjukkan pula bahwa mereka memahami akan hirarki.
Sayyidina ‘Umar - radiyAllahu ‘anhu wa ardhah - berkata, “’Ali telah
menyelamatkan diriku dua kali”, yaitu yang pertama dalam kisah tentang wanita
yang berzina tersebut di atas, dan kali yang kedua dalam kisah tentang sahabat
Uwais al-Qarani. Saya akan menjelaskan tentang hal kedua itu, insya Allah. Jadi
ada dua hal tadi, dan juga di kali lain tentang Batu Hitam [Hajar al-Aswad].

Apa yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa semua orang yang ada di
sini adalah bagaikan bunga-bunga yang tumbuh di suatu taman. Setiap bunga
memiliki aromanya yang berbeda, dan setiap bunga juga memiliki warnanya yang
khas pula. Dan seorang insinyur pertanian tahu akan kekhasan setiap bunga
berdasarkan warna dan aromanya masing-masing. Dan, karena itulah, jika kalian
berkunjung ke suatu kebun raya, kalian akan mendapati insinyur pertanian yang
tahu akan setiap bunga yang ada di kebun tersebut, dan ia tak akan luput
perhatiannya pada satu bunga pun di kebun tersebut. Ia tak boleh melupakan atau
melewatkan satu bunga pun, karena jika sampai ia melewatkan satu saja, itu
berarti ia bukanlah seorang insinyur yang handal.

Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, Allah SWT telah
membusanai beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - dengan Nama-Nama-
dan Sifat-Sifat-Nya yang Indah. Ia SWT telah memanifestasikan Diri-Nya sendiri
melalui Nama-Nama- dan Sifat-Sifat Indah-Nya melalui sayyidina Muhammad -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Allah ingin memanifestasikan Diri-Nya,
ketika Ia SWT berfirman [dalam suatu hadits qudsi, red.], “Kuntu Kanzan
Makhfiyan Fa aradtu an u’raf, fakhalaqtul khalq.” “Aku adalah ‘Harta
Tersembunyi’ dan Aku ingin Diri-Ku dikenali, maka Ku-ciptakan ciptaan”. Allah
ingin diketahui. Untuk diketahui, haruslah oleh suatu ciptaan, dan ciptaan
tersebut mestilah membawa keindahan Sang Pencipta. Dan untuk membawa keindahan
ciptaan, haruslah seseorang, sesuatu, suatu cara, yang Allah Ta’ala akan
mewujudkanya, sedemikian rupa hingga [sebagaimana difirmankan Allah SWT],
“Allahu Nurus Samawati wal Ardh Matsalu Nuurihi kamisykaatin…” [QS. An-Nuur
24:35],
Allah-lah Cahaya Lelangit dan Bumi [untuk meliputi bundel Cahaya tersebut];
perumpamaan Cahaya-Nya adalah bagaikan suatu bundel yang berisikan berbagai
manifestasi yang memiliki lampu dengan berbagai warna pelangi yang demikian
beragam.

Sebenarnya, tadinya saya hendak menceritakan tentang Sayyidina ‘Umar ra dan
‘Ali ra untuk menjelaskan hal tertentu, tapi saya pikir mereka mengalihkan
[pembicaraan] saya. Bukan Sayyidina ‘Umar dan ‘Ali yang mengalihkan saya, tapi
Mawlana Shaykh Nazim qs [semoga Allah melimpahkan barakah-Nya pada beliau dan
mengaruniakan beliau panjang umur]... Saya akan kembali ke topik tersebut, tapi
beliau sedikit mengalihkan [pembicaraan kita].

Saat Allah SWT adalah suatu ‘Harta Tersembunyi’, artinya Esensi-Nya,
Dzat-Nya, tak dapat diketahui, yaitu Haqiqat uz-Dzaat il-Buht liLlaahi Ta’ala,
Haqiqat dari Esensi Ilahiah yang tak seorang pun dapat memahami Dzat tersebut,
artinya, tak seorang pun dapat memahami apa hakikat Sang Pencipta. Allah Ta’ala
ingin agar Dzat-Nya, Esensi-Nya diketahui, Ia SWT pun ‘menciptakan’ Nama-Nama
dan Sifat-Sifat Indah untuk mendeskripsikan Esensi/Dzat tersebut secara
berkesinambungan tanpa ada henti. Dan manifestasi-manifestasi dari Nama-Nama
serta Sifat-Sifat Indah nan Mulia ini, tak mungkin, tak mungkin seorang pun
mampu memahami mereka, kecuali Nama-Nama dan Sifat-Sifat tersebut
memanifestasikan diri mereka pada orang tersebut. Karena jika orang, di zaman
ini, membaca Asma-ullahi l-Husna Huwallahulladizii laa ilaha illah huwa
‘aalimul ghaybi wash shahaadati huwa ar-Rahmanu r-Rahiim…[QS. Al-Hasyr
59:22-24], mereka memberikan suatu arti, mereka berusaha mendeskripsikan
maknanya. Namun, pada
hakikatnya, Nama-Nama tersebut tidaklah dapat dilukiskan atau dijelaskan,
Nama-Nama dan Sifat-Sifat tersebut haruslah menjadi suatu cita-rasa, suatu
pengalaman yang dirasakan. Kalian dapat mendeskripsikan apa pun yang kalian
suka. Saya pun dapat mendeskripsikan air ini [Mawlana menunjuk ke suatu gelas
berisi air] sebagai suatu air atau suatu gelas, tapi kalian jika kalian tak
mencicipi air tersebut, kalian pun tak dapat merasakan hakikat kelezatan air
yang menyegarkan itu.

Allah SWT ingin untuk diketahui. Maka, untuk diketahui, haruslah ada suatu
ciptaan. Tanpa suatu ciptaan, maka diketahui oleh siapa? Allah SWT Mengetahui
Essensi, Dzat-Nya. Allah Ta’ala mengetahui Diri-Nya sendiri. Bahkan Allah
Ta’ala tahu akan Diri-Nya, Allah tahu akan Sang Esensi, Esensi-Nya, Dzat-Nya;
dan Nama-Nama serta Sifat-Sifat-Nya yang Indah tahu akan Dzat, tapi tak setiap
Nama tahu satu bagian (kita dapat mengatakannya bagian) atau satu Elemen dari
Esensi/Dzat, tidak semuanya. Setiap Nama memiliki signifikansinya
masing-masing, tak dapat mengetahui Nama yang lain. Itulah Keagungan Allah.
Setiap Nama adalah unik bagi dirinya. Karena itulah, kita mengucapkan “Allah”,
Nama “Al-Ismu l-Jami’ li l-Asma’ was Sifat.”

“Allah” adalah Nama yang meliputi keseluruhan Nama-Nama dan Sifat-Sifat.
“Allah” mendeskripsikan Dzat. Dan Nama itu, “Allah”, meliputi dan memahami Sang
Esensi, Dzat. Jadi, untuk hal ini, suatu ciptaan haruslah muncul agar rahmat
Allah SWT ini, yang berupa suatu pelangi dari Nama-Nama dapat dianugrahkan atau
dibusanakan pada seseorang. Dan, karena itulah Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam - bersabda ketika beliau ditanya tentang apakah yang Allah
ciptakan pertama-tama. Beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -
menjawab, “Ia SWT pertama-tama menciptakan cahayaku” untuk mengenakan
manifestasi-manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah Allah Ta’ala ini.
Jadi, cahaya tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengemban
manifestasi-manifestasi [tajalli] dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat indah
tersebut. Cahaya dari Muhammad tersebut, An-Nuuru l-Muhammadi, adalah
manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah yang muncul dalam Muhammad,
dalam an-Nur Muhammad tersebut,
Cahaya dari Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, Cahaya
Muhammadaniyyah.

Nur Muhammadi yang memantulkan Cahaya dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah
Allah tersebut, memantulkan ke siapakah? Beliau adalah suatu cermin yang
memantulkan cahaya tersebut bagaikan bulan yang memantulkan cahaya matahari.
Karena itulah, Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, An
Nuur Muhammad tersebut, Cahaya Muhammadi tersebut menjadi suatu Pelangi
Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah, dan ia pun mesti memanifestasikan dirinya pada
sesuatu yang dapat membawa cahaya tersebut selanjutnya. Karena itulah salah
satu nama beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - adalah Muhammad,
karena esensi/dzat Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - tak dapat
dilukiskan, tak dapat dijelaskan, tak dapat digambarkan, kecuali hanya melalui
manifestasi-manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah Allah Ta’ala.

Jadi, Nabi Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - pun harus
memanifestasikan diri beliau pada sesuatu. Maka, Allah Ta’ala pun menciptakan
dari Cahaya beliau, Adam ‘alayhissalam untuk muncul melalui diri beliau -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Diriwayatkan bahwa Allah SWT
menciptakan Adam, karena itu Allah SWT menciptakan Adam dari manifestasi
nama-nama dan sifat-sifat luhur yang dimiliki Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam -, melalui manifestasi-manifestasi Nama-Nama dan Sifat-Sifat
Indah Allah SWT. Ia SWT menciptakan Adam dari Cahaya itu. Dan, karena itu pula,
beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - bersabda, “Kuntu nabiyyan wa
adam bayna l-maai wa t-tin”, “Aku adalah seorang Nabi ketika Adam masih di
antara tanah liat dan air”, karena Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam
- telah mengetahui siapa dirinya.

Karena manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah tersebut adalah
seperti ketika kalian memutar suatu mesin, atau suatu turban, dan ia berputar,
berputar, dan berputar, hingga menghasilkan energi, dan menghasilkan energi,
dan menghasilkan energi, hingga energi tersebut menjadi layaknya sebuah
generator. Suatu generator jika diputar amat cepat, akan memberikan aliran
listrik. Dan dengan aliran listrik yang dihasilkan tersebut, kalian pun dapat
menggunakannya untuk berbagai keperluan. Seperti itu pula, Nabi - sallaLlahu
‘alayhi wa aalihi wasallam -, saat Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah ini
dimanifestasikan pada Realitas Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam -,

Hakikat Sayydina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -,
Haqiqatul Muhammadaniyyah¸ Allah Ta’ala pun mencelupkan cahaya Muhammad dengan
Nama-Nama dan Sifat-Sifat ini dalam Bahrul Qudrah-Nya [literal bermakna
“Samudera Kekuatan”-Nya, red.]. Saat beliau dicelupkan dalam Bahrul Qudrah ini,
beliau pun berputar, dan berputar, berdasarkan Hadits Nabi - sallaLlahu ‘alayhi
wa aalihi wasallam - di atas [tentang penciptaan cahaya beliau, red.]. Beliau -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - berputar, dan berputar, memancarkan
energi, yang dari energi tersebut, Adam muncul.

Jadi, karena itulah Adam ‘alayhissalam diciptakan dan dibentuk/dicetak dengan
cahaya Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Saat Allah
berkehendak menciptakannya, Ia SWT memerintahkan Jibril ‘alayhissalam untuk
pergi ke Bumi dan mengambil segumpal tanah liat dari Bumi, dan membawanya,
sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala, “Wa laqad karramna Bani Adam, wa
hamalnahum fil barri wal bahr, wa razaqnahum mina t-tayyibaati, wa
fadhdhalnaahum ‘ala katsiirin mimman khalaqnaa tafdhiilaan”[QS. Al-Isra’ 17:70]
“Dan sungguh telah Kami muliakan manusia (Anak Adam), dan Kami perjalankan
mereka di Daratan dan Lautan, dan Kami beri mereka rizqi dari hal-hal yang
baik, serta Kami lebihkan diri mereka dari sekalian ciptaan Kami lainnya”.

Allah Ta’ala memuliakan sayyidina Adam dengan membawa tubuhnya, Ia Ta’ala
membawa tubuhnya dari Bumi ke mana? Ke Langit! Allah SWT membawa dari Bumi,
tubuh Adam, realitas Adam, Hakikat Adam, tubuh dari Adam dibawa dari Bumi, dan
Allah Ta’ala memuliakan manusia dengan mengirim mereka ke Surga melalui Adam
‘alayhissalam. Di sana, Ia SWT membentuknya dengan nama-nama dan sifat-sifat
mulia dari sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Dan
karena itulah, An-Nuurul Muhammadi terdapat di dahi Adam. Dan saat cahaya
Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - tersebut muncul di dahinya,
saat itulah masalah dengan Iblis pun terjadi.

Iblis demikian marahnya karena ia mengharap untuk menjadi cahaya tersebut.
Karena al-Maqam al-Mahmud, Kedudukan Yang Terpuji itu telah diberikan Allah SWT
pada Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, melalui
cahaya tersebut. Iblis menginginkan cahaya itu. Karena itulah, ia beribadah dan
melakukan sajdah [sujud, red.] di setiap jengkal Surga, dan di setiap ruang di
Alam Semesta, setiap jengkal tangan, satu sajdah, satu sajdah, satu sajdah. Ia
berharap untuk dapat meraih cahaya tersebut, tapi akhirnya setelah ia
mengetahui bahwa ia tak akan mendapatkan cahaya tersebut, ia pun mulai memusuhi
Adam ‘alayhissalam dengan membisikkan [was-was] ke telinganya untuk membuatnya
turun.

Kita akan berbicara tentang masalah ini, tentang Iblis dan Adam, pada waktu
lain. Malam ini, kita melanjutkan dengan sesuatu yang lain. Jadi, ketika cahaya
Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - tersebut tengah
berputar, dan bagaikan sebuah generator yang darinya memancar keluar kekuatan
yang demikian dahsyatnya, ia mengeluarkan energi tersebut. Dan dari energi
tadi, terciptalah sumber asal-muasal dimensi spiritual dari cahaya manusia, dan
dengan kekuatan tersebut, masuklah [energi spiritual tersebut] ke dalam tanah
liat, suatu bentuk yang telah disiapkan oleh Allah SWT. Karena itulah Allah SWT
berfirman, “Wa nafakha fiihi min ruuhihi”[QS. As-Sajdah 32:9] “Aku tiupkan
dalam Adam, dari Ruh-Ku, Cahaya-Ku, atau dari Ruh, dari Manifestasi-manifestasi
Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah” yang telah dimanifestasikan pada Sayyidina
Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - dan muncul keluar sebagai
suatu Sumber Energi yang bertiup ke Adam, dengan cara itulah
Adam bergerak dan ruh itu keluar.

Karena Adam dibentuk pada suatu tempat tertentu, dan para Malaikat datang,
melihat dan pergi, lalu datang, melihat dan pergi, sambil bertanya-tanya, “Apa
itu?” “Apa itu?” Tak nampak suatu gerakan apa pun [dari bentuk fisik Adam,
red.]. Begitu cahaya tersebut masuk ke dalamnya, ia pun bergerak. Artinya, ia
bergerak dengan cahaya Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -,
An-Nuuru Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Sumber dari
ciptaan yang Allah SWT menciptakan alam semesta ini darinya, dari An-Nuuru
l-Muhammadi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -.

Jadi, apakah rahasia di balik Nuuri Muhammadi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam - yang membuat Adam ‘alayhissalam bergerak?

Setiap malam kalian mencatu energi telepon selular kalian [Mawlana memegang
sebuah telepon selular di tangannya]. Setiap malam kalian mencatu energi
komputer kalian. Jika catu dayanya habis, kalian pun mencatunya dengan apa?
Dengan energi di malam itu. Jika itu habis, maka peralatan kalian pun berhenti.
Saat Adam ‘alayhissalam dicatu energi dengan Nur Muhammadi tersebut, seluruh
sperma-sperma manusia berada di punggungnya, berenang di punggungnya. Dan
manusia, saat ini, berapa banyak sperma [tersenyum, hadirin tertawa], berapa
banyak sperma yang dikeluarkan seorang laki-laki setiap kalinya? [hadirin dan
Mawlana tertawa].

Setiap kalinya ada 500 juta sperma. Dan salah satu dari 500 juta sperma ini,
salah satunya akan terhubungkan dengan suatu sel telur. Subhanallah! Lihat,
lottere/undian, bahkan dalam rahim sang ibu pun ada suatu undian. Artinya
undian diperbolehkan dalam Islam [dengan nada bergurau… hadirin pun tertawa].
Apakah kalian bermain lottere? Kita semua bermain lottere.

Saya mendengar dari Grandshaykh, semoga Allah merahmati ruhnya, Mawlana
Shaykh ‘Abdullah ad-Daghestani, dan dihadiri pula oleh Mawlana Shaykh Muhammad
Nazim ‘Adil Al-Haqqani, Sulthanul Awliya’; pada saat itu, Mawlana Syaikh Nazim
menerjemahkan dari Bahasa Turki ke Bahasa Arab, beliau berkata, bahwa Allah SWT
kepada Awliya’ Allah, yaitu bagi Awliya’ Allah, hal ini tidak ada di buku mana
pun. Apa yang kita bicarakan di sini, tak akan kalian temui di buku-buku mana
pun. Beliau berkata bahwa Allah SWT ingin menunjukkan kebesaran Sayyidina
Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - di hari Kiamat nanti dan
betapa besar Ummah beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -. Ia berkata
bahwa Awliya’ Allah baru saja [di masa Grandshaykh saat itu] menerima ilham
pada Awliya’Allah dari qalbu Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam - bahwa Allah SWT untuk menunjukkan betapa besar Ummatun Nabi -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, dari setiap sperma yang kalian
keluarkan setiap kali kalian melakukannya, jika seorang anak muncul, atau pun
tak ada anak yang muncul, tergantung dari berapa banyak sperma yang keluar,
Allah Ta’ala akan menciptakan manusia dalam jumlah yang sama yang akan menjadi
anak-anak kalian.

Allah SWT untuk menunjukkan keagungan Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi
wa aalihi wasallam -, kata Grandshaykh (semoga Allah melimpahkan barakah pada
ruhnya), bahwa setiap kali kalian melakukannya, apakah kalian memiliki anak
atau tidak, seberapa banyak sperma yang keluar dari diri kalian, 500 juta,
Allah pun akan menciptakan 500 juta manusia yang mereka akan menjadi anak-anak
kalian yang akan mengerubuti diri kalian sambil berkata, “Ayahku, Ayahku” di
Hari Kiamat nanti, di hadapan Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -,
dan mereka akan menjadi bagian dari Ummatun Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi
wasallam -. Karena itulah Ummah ini di Hari Pembalasan nanti akan menjadi Ummah
terbesar, yang meliputi setiap tempat.

Marilah kita kembali ke kisah Adam ‘alayhissalam Kita mencatu energi ke alat
ini setiap malam, ke telepon selular ini, atau ke komputer, atau apa pun jua.
Kita mencatu energinya. Jadi, Allah SWT pun memerintahkan Nama-Nama dan
Sifat-Sifat Indah-Nya untuk termanifestasikan, dan menciptakan Muhammad -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - sebagai Manifestasi dari Nama-Nama dan
Sifat-Sifat Indah tersebut. Beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -
adalah manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat Indah itu. Saat Allah SWT
ingin untuk memandang pada Manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat
Mulia-Nya, Ia SWT pun akan memandang pada Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa
aalihi wasallam -. Dan manifestasi-manifestasi dari Nama-Nama dan Sifat-Sifat
Indah yang dibusanakan pada Nabi ini, kini menjadi milik Muhammad - sallaLlahu
‘alayhi wa aalihi wasallam -.

Allah menghiasi diri beliau dengan Nama-Nama Indah dan apa pun yang Allah SWT
inginkan untuk membusanai dan menghiasai diri beliau. Kini, Muhammad -
sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - pun memanifestasikan hal tersebut pada
Adam melalui Cahaya itu, yang bergerak ke dalam [tubuh] Adam dan mulai
membuatnya bergerak.... Tapi, sesuatu hal yang sesungguhnya amat penting,
adalah bahwa Cahaya tersebut turut pula mencatu daya ke sperma-sperma manusia,
dari seluruh ras manusia yang saat itu tengah berada di punggung Sayyidina Nabi
Adam as, mereka pun dicatu (oleh Cahaya itu) seperti charger ini. Setiap sperma
dicatu energinya oleh Cahaya tersebut. Dan begitu sperma tersebut dicatu
energinya oleh Cahaya tersebut, sperma (atau bakal manusia tersebut, red.)
memiliki umur kehidupan sesuai dengan energi yang dicatukan padanya lewat
Cahaya itu.

Karena itulah, kalian melihat pada orang-orang, untuk suatu sperma yang
mungkin cuma dicatu/ditetapkan selama satu jam, maka darinya muncul seseorang
yang setelah kelahirannya hanya hidup selama satu jam, lalu mati; orang yang
lain mungkin mati setelah 10 tahun, yang lain setelah 20 tahun, dan yang lain
setelah 50 tahun, sementara yang lain setelah 100 tahun… Bergantung pada
seberapa banyak [energi] telah dicatukan atau ditetapkan pada sperma-sperma ini
dari Cahaya tersebut.

Jadi, Cahaya tersebut, Energi tersebut, saat ia berakhir, energi pencatunya
berakhir, seperti saat baterai habis, maka ia pun mati, dan kadang-kadang, kita
tak dapat mencatunya lagi. Maka, apa yang akan kalian lakukan? Melemparnya,
habis! Mereka berkata pada kalian, “Kau perlu baterai baru”. Artinya, saat
seseorang mati, karena energinya, baterainya telah habis, maka ia pun wafat,
dan ia perlu kini, baterai baru lainnya di alam kuburnya. Mekanisme pencatuan
energinya pun berbeda untuk hal ini.

Jadi, karena itulah, kekuatan atau energi itu, saat diberikan, tidaklah
menjadi miliknya. Energi itu tetaplah milik dari Sang Sumber Utama. Kalian tak
dapat mengambil aliran listrik begitu saja dari jalanan. Mereka berkata pada
kalian, “Tidak, tidak, bukan kalian yang punya itu, kami akan memberikannya
pada kalian, dan kami akan menaruh suatu meteran bagi kalian, untuk memberikan
pada kalian sebanyak yang kalian butuhkan”. Dan sumber utama energi tersebut,
atau sumber dari cahaya itu adalah pada ia yang memiliki kekuatan/daya.

Dan siapakah yang memberikannya pada Adam ‘alayhissalam? Allah, dari Allah
pada Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, dan dari
Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - kepada Sayyidina
Adam ‘alayhissalam Karena itulah “Wa laqad karramna Bani Aadam…”[QS Al-Isra’
17:70] Diri kita, manusia dimuliakan oleh Allah, karena kita tercipta dari tiga
cahaya: cahaya Sayyidina Adam, cahaya Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi
wa aalihi wasallam -, dan Cahaya dari Allah SWT. Cahaya ini pun mesti kembali,
“Inna lillahi wa inna ilayhi raji’uun” [QS. Al-Baqarah 2:156] “Sesungguhnya
kita berasal dari Allah, dan kepada Allah-lah kita akan kembali”.

Cahaya itu harus kembali ke Sumbernya. Dan karena itu pula Nabi - sallaLlahu
‘alayhi wa aalihi wasallam - bersabda, “Tu’radhu ‘alayya a’malu ummatii” “Aku
mengamati ‘amal Ummat-ku, jika aku mendapati kebaikan padanya, aku pun berdoa
dan memuji Allah, dan jika aku melihat keburukan padanya, aku beristighfar
mewakili mereka.” Artinya apa pun yang kalian lakukan, beliau - sallaLlahu
‘alayhi wa aalihi wasallam - adalah seseorang yang bertanggung jawab atasnya,
yang akan ditanya tentangnya. Beliau - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -
haruslah memelihara cahaya itu dan mengembalikannya dalam keadaan suci bersih
dan murni seperti keadaan awalnya, saat Allah SWT mengirimkannya ke Muhammad,
dan Muhammad ke Adam.

Karena itu Nabi - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - bersabda dalam
hadits tersebut, “Tu’radhu ‘alayya a’malu ummatii, fa in wajadtu khayran
hamadtullah, wa in wajadtu ghayru dzalik fastaghfartullah”. Dan Sayyidina
Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - bersabda, “Aku mengamati
amal Ummat-ku dalam kuburku.” Artinya, beliau selalu mendampingi Ummah. Dan
Ummah beliau tidaklah hanya ummah [akhir zaman] ini, melainkan keseluruhan
hingga ke masa Adam ‘alayhissalam.

Karena itulah, pada Adam, Allah SWT memberikan padanya nama Adam yang terdiri
atas tiga huruf: Alif, Dal, dan Mim. Jika kalian melihat pada huruf pertama
Allah, apa itu? Alif. Jika kalian melihat pada huruf pertama Muhammad, apa itu?
Miim. Dan di tengahnya adalah huruf Dal. Artinya, Allah, huruf pertama pada
“Adam” adalah dari huruf pertama Sang Pencipta yaitu Alif, huruf terakhir
adalah Miim, dan huruf di tengah adalah Daal, jadilah “ADAM”. Daal adalah
Dunya, yaitu seluruh ciptaan. Jadi dari Allah SWT menciptakan suatu ciptaan,
memberikannya pada Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam -, dan
itulah Adam. Sesuatu yang diwakili oleh Adam ‘alayhissalam

Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam - adalah ia yang
akan ditanya di hadapan Sang Pencipta, mewakili seluruh Ummah. Kita,
keseluruhan diri kita, adalah pengikut dari Shaykh kita, dan Syaikh kita akan
ditanya di hadapan Sayyidina Muhammad - sallaLlahu ‘alayhi wa aalihi wasallam
-, tentang keseluruhan diri kita.Setiap malam, beliau ditanya, Mawlana Syaikh
Nazim, semoga Allah melimpahkan barakah-Nya pada beliau. Dan karena itu pula,
Salat Najat dilakukan, karena di saat Sajdah setelah Salatun Najat tersebut,
beliau mempersembahkan setiap orang, semua selama 5 menit. Dan beliau harus
mempersembahkan mereka dalam keadaan bersih suci, tanpa ada noda apa pun pada
diri mereka. Dan beliau harus memikul beban mereka pada diri beliau sendiri.
Itulah Awliya’ Allah. Dan, kita tak akan berbicara lebih lanjut tentang hal
ini.

Saya pikir sudah cukup apa yang kita perbincangkan. Kita akan berbicara
tentang Sayyidina Uways Al-Qarani esok. Dan, saya akan menjelaskan tentang
pentingnya disiplin. Disiplin dalam segala sesuatunya, disiplin di antara satu
sama lain, disiplin di antara murid. Sebagaimana alam semesta ini memiliki
disiplin lewat Geometri, keseluruhan sistem ini memiliki suatu disiplin. Kalian
tak dapat menghancurkan disiplin. [Tanpa disiplin,] segala sesuatunya akan
hancur berantakan. Begitu banyak orang mengambil geometri... dan berusaha
untuk... Mereka melihatnya sebagai suatu jalan dispilin, karena pada geometri
ada garis lurus, ada lingkaran, atau dimensi-dimensi yang berbeda-beda,
berbagai cara untuk menggambar garis, ...dan orang-orang berusaha
mendefinisikan spiritualitas darinya.

Saya akan mengulas tentang hal ini, insya Allah. Ada disiplin linear, ada
disiplin circular. Dan insya allah, kita akan memberikan bukti-bukti ilmiah
akan apa yang telah mereka temukan di zaman ini, suatu teori yang kini banyak
dipakai oleh para Sufi. Dan kita punya seorang fisikawan PhD di sini [Syaikh
Abdullah Grenoble]. Kita akan bertanya padanya, Abdallah, beberapa pertanyaan.
Insya Allah, besok, di sini… Asyhadu An Laa ilaaha illaLlaah wa asyhadu Anna
Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuuluh.. [Dilanjutkabn Dzikir Khatm Khawajagan]

Wa min Allah at tawfiq

Wassalam, arief hamdani
www.mevlanasufi.blogspot.com
HP. 0816 830 748

ALAMAT ZAWIYAH DZIKIR DI JAKARTA dan SEKITARNYA DAN JADWAL DZIKIR


MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTER, KOJA ( EX KRAMAT TUNGGAK)
Dzikir Khatam Kawajagan, Setiap Minggu, dimulai Minggu tgl 16 April 2006,
mulai jam 09.00 pagi WIB. Informasi Arief Hamdani HP. 0816 830 748

JAKARTA SELATAN

ZAWIYAH CINERE – NAQSYBANDI HAQQANI RABBANI WHIRLING DERVISHES
Dzikir setiap Rabu Malam Jam 21.00 ( Khusus pria ) Ladies Dzikir: Minggu Sore,
bada Ashar
Jl. Villa Terusan No.16, melalui Villa Cinere Mas. Informasi: Tono 742-1938
atau Syaikh Barkah 0817-9105-704

ZAWIYAH PONDOK LABU – HAQQANI RABBANI
Masjid Al-Hikmah, Komplek DDN II ( Departemen Dalam Negeri) Pondok Labu ,
Jakarta Selatan. Setiap Selasa jam 21.00. Iwan HP. 0813 816 58383

ZAWIYAH LIMO CINERE – HAQQANI RABBANI
Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Jl. Pelita, Desa Limo
Setiap Sabtu Bada Magrib s/d Isya. Ustad Shohib HP. 08131 7276 504

ZAWIYAH DEPOK – HAQQANI RABBANI
Pondok Pesantren Al-Ma’unah Depok
Setiap Sabtu Ba’da Magrib s/d Isya. Ustad Nurjaya, Telp. 7024 0607

ZAWIYAH PANGKALAN JATI – HAQQANI RABBANI
Jl. Pangkalan Jati I, gg Buntu. Setiap Minggu malam jam 21.00
Ustad Arif HP. 0813 1605 8402

ZAWIYAH PANGKALAN JATI
Jl. Pangkalan Jati 1 No. 71, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
( RS Fatmawati terus s/d Verboden kekiri mentok kanan s/d perempatan terus 500 m

ZAWIYAH BRAWIJAYA - KEBAYORAN BARU
Jl. Brawijaya 1A No.16, Jakarta Selatan ( Dibelakang RSKO Darmawangsa,
Dekat Hotel Darmawangsa). Kediaman Bp. Firdaus Wajdi

ZAWIYAH RAGUNANJl.Poncol Vila Ragunan Permai Kav 1, Ragunan Jakarta Selatan.
Kediaman Bp. Syamsudin

ZAWIYAH BRAWIJAYA
Setiap Jumat : Khusus wanita, mulai 11.00 wib Jl. Brawijaya 1A No.16, Jakarta
Selatan. Dibelakang RSKO Darmawangsa / Apotik Darmawangsa

ZAWIYAH PASARAYA SARINAH BLOK M – HAQQANI RABBANI
Pasaraya Lantai 5, setiap Minggu pagi jam 8.30
Iwan HP. 0815 1917 3693

ZAWIYAH SANGGAR BULUNGAN CSW – HAQQANI RABBANI
(dibelakang Kolam Renang Bulungan, Rumah Kayu ) Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dzikir Khatam Kwajagan, Marawis Salawat, Darwis Rumi Setiap Senin Malam, jam
20.00. Kontak Person Arief HP. 0816 830 748

ZAWIYAH CILANDAK-TOWNSQUARE
Abdul Aziz 0812844421 Ustad Nurcholis MA 081548019453

ZAWIYAH KEBAYORAN LAMA
Jl. Sholihun Kebayoran Lama, Jakarta, Wahyudi Yusuf 08158903433

JAKARTA PUSAT

ZAWIYAH TEUKU UMAR – YAYASAN HAQQANI INDONESIA
Setiap Sabtu (Kecuali ada Perubahan) Ba’da Ashar, Jam 16.00Jl. Teuku Umar No.41,
Menteng, Jakarta Pusat

ZAWIYAH TANAH ABANG
Kota Bambu, Tanah Abang. Jl. Arimbi. Setiap Selasa malam jam 21.00
Bp. Darma, HP. 0852 1980 1017

JAKARTA BARAT

ZAWIYAH TOMANG
Jl. Mandala Selatan No 16 Tomang , Jakarta Barat. Kediaman Bp. Sunarto

ZAWIYAH KEBUN JERUK
Jl. Kelapa Dua Raya No.1, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Kediaman Bp. Ahmadin

JAKARTA TIMUR

ZAWIYAH KH MUSTOFA MAS'UD
Jl. Hasbi 40, Otista, Jakarta Timur 13330, TELP 021-8190475
Setiap Kamis Malam, Ba'da Isya. Informasi: Handi Biantoro HP. 0818-965-852
email: [EMAIL PROTECTED]

ZAWIYAH CEMPAKA PUTIH
Jl. Cempaka Putih Raya No. 114, Cempaka Putih, Jakarta Timur.
Kediaman Bp. Malik Tarigan

ZAWIYAH CIKARANG BARU – HAQQANI RABBANI
Masjid Jami Darussalam, Jl Kedasih IV, Cikarang Baru, Kawasan Perum Jababeka.
Setiap Selasa, mulai Magrib Berjamaah, Dzikir Khatam Kwajagan Isya Berjamaah,
Bada Isya, Kajian Tasawuf. Informasi: Arief Hp. 0816-830-748

ZAWIYAH TANGGERANG, PANDEGLANG, SERANG, CURUG, CITRA RAYA
Kontak, Anwar HP 0818 483 796
Perumahan Citra Raya Tangerang. Keluar Dari Tol Bitung kearah Citra Raya

A C E H :
Jl. Teuku Muhammad Salleh No.2 Lambhuk, Banda Aceh
Informasi: Ust. Zamhuri Ramli al-HafidzHP. 0812-939-0774, Rumah 0651 - 26951

M E D A N – SUMATERA UTARA :

Zawiyah Medan, setiap malam Jumat melakukan Khtam Kwajagan :
Jl. Mesjid No. 32 , Helvetia Timur , Medan 20124
Hubungi Ahmad Djuata Tarigan : 08126040064 Hasan Sebayang HP 081362317176

PONDOK PESANTREN SIRAJUL HUDA
Tiga Binanga, Kabupaten . Karo, Sumut
Encep Fariduddin 08192097181

SUMATERA BARAT - SUMBAR

ZAWIYAH NAQSYBANDI PADANG
Jl. Raya Padangpasir 17 Padang TELP 0751-36257Informasi: Effendi Awal
(0811-661-285)

ZAWIYAH NAQSYBANDI BANUHAMPU - BUKIT TINGGI
Depan Balai Nagari Galung, Banuhampu, Bukittinggi
Sukardi Jatman 08161833598

P E K A N B A R U

PONDOK PESANTREN MIFTAHUL JANNAH
Panam, Pekanbaru. K.H. Mukhtarul 081365395313

ZAWIYAH NAQSYBANDI ASY-SYIFAA PEKANBARU
Jl.Farmasi 24 Pekanbaru 28111. Dr.Chairuddin Lubis 0811755721
Dr.Pramujo Abd.Gani 08127518084

ZAWIYAH NAQSYBANDI PEKANBARU
Jl.Kartini 24 Komp. Farmasi Pekanbaru
Dr.Chairuddin Lubis 0811755721, Dr.Pramujo Abd.Gani 08127518084

B A T A M :

PESANTREN YUSUF SYAFI'IPesantren Yusuf Syafi'i,
Ustad M. Yusuf Ridwan Asyafi'iBengkong Permai Komplek Nurul Jadid RT 01 RW 01
Blok D No. 10,Kelurahan Bengkong Laut Batu Ampar Pulau Batam. HP. 08136445 3322.

Bp. Riady, Bengkong Abadi 2, Jl. Cendrawasih Blok A/127 Batam 29432, Tel
0778-411289 Setiap selasa malam dan kamis malam, Informasi: Yandri Irzaq
(0812-702-2415)ZAWIYAH NAQSYBANDI BUANA GUMILAR -BATAMWisbuin B-12 Batam Center
telp 0778-478835

PONDOK PESANTREN AL-MADANIYAH
Anggrek Mas F-5 Baloi, Batam. Ustad H. Nugrahanto 0811701176

ZAWIYAH NAQSYBANDI BUANA GUMILAR
Wisbuin B-12 Batam Center telp 0778-478835
Abdul Mughist 0813 2525 6938

ZAWIYAH NAQSYBANDI BATAM CENTER
Orchid Park D-11 Batam Center. Yandri Irzaq 08127022415


JAWA - BARAT

ZAWIYAH SUKABUMI:
K.H. Ece Supriyatna Pesantren Daarus Syifa (0811-115-875))

ZAWIYAH NAQSYBANDI HAQQANI CIKRETEG
Vila Pancawati, Cikreteg, Ciawi, Bogor
Ustad Abdul Qadir 0812 8014 661

ZAWIYAH CIANJUR
Ajengan KH. Bunyamin, Tipar Caringin, Panembong Cianjur
Setiap Kamis Malam, Bada Isya mulai jam 20.00 malam

ZAWIYAH CIPANAS
Pesantren Toriqul Huda, Pasekon gg. bunga dekat Restoran Simpang Raya,
Setiap kamis malam bada Isya Ustad Dudi HP 0813814 89282

CIREBON

ZAWIYAH NAQSYBANDI CIREBON
Weru_Plered Cirebon, M.Rofiq 0813 1544 5446

B A N D U N G :

ZAWIYAH AL-FALAHPondok Pesantren Al-Qur'an Al-Falah I -Cicalengka
Nagrek KM 28 BandungPimpinan K.H.Q. Ahmad Syahid (022-794-9781). Informasi:
H.Q.Rif’at Syahid (0815-715-5776) H. Muhammad Hadid Subki (0852-2040-2127).
Setiap Ahad pagi, jam 08:00 s/d 10:30

ZAWIYAH BANDUNG KOTA
Insidentil Setiap Bulan sekaliJl. Cimanuk No. 37, Bandung
Informasi: DR. Hadid Subki 0852-2040 2127, Telp.022-727 4913

J A W A - T E N G A H

S E M A R A N G:
Zawiyah Al Mubarokah, Dukuh Sandan, Desa Waru Mranggen, Semarang
Informasi: Riza Alamsyah , [EMAIL PROTECTED]
Contact Riza Alamsyah 081325632124 Soetoro 08122504779,
Ajib Susanto 0818455527 Munir 08164247573, Arif Rahman 085225087435
Pusatindo Komputer, Jl. Imam Bonjol no.74 024-3540609

ZAWIYAH NAQSYBANDI SEMARANG
Jl.Sawi 16A, Pasar Kambing Semarang
Kontak Joko Tri Abdul Haq HP. 0811 279 108

ZAWIYAH NAQSYBANDI MASJID AL-IKHLASH
Ngaliyan, Semarang, Prof.DR. Amin Syukur 0812 2923 652

ZAWIYAH AL-MUBAROKAH
Sanden, Mranggen, Semarang. Ajib 0818 455 527 Riza 081325632124

PEKALONGAN:

PONDOK PESANTREN AT-TAUFIQY
Rowokembu Kaum, Wonopringgo, Pekalongan
K.H.Taufiq Subki (0285) 785018

ZAWIYAH NAQSYBANDI KEBONTENGAH-PEKALONGAN
Informasi Muhlishin 0815 4809 2838 Muhib 0813 2684 1075

ZAWIYAH NAQSYBANDI PANDANARUM-PEKALONGAN
Mutawali 0815 7535 9228 . Susilo 0815 7565 2358

MUSHALLA UKHUWAH ISLAMIYAH MAGETAN
Templek, Takeran, Magetan. Suyitno 0888 3402 757
S. Riyanto 0812 3408 790

JAWA TIMUR

SURABAYA – SIDOARJO

ZAWIYAH PONDOK JAMU
Zawiyah "Pondok Jamu" Desa Wage Kecamatan Sepanjang Sidoarjo
Kontak Person Sugeng Mulyono (031) 70450444 HP. 081331666766
Tempat dan jadwal zikir : Kamis Malam, Ba'da Isya

ZAWIYAH NAQSYBANDI TRANSITO SURABAYA
Komplek Transmigrasi Margorejo Surabaya
Hatta Abd.Hakim 0818571807 Faizuddin Firdaus 08123243458

ZAWIYAH NAQSYBANDI HAQQANI TAMANSURYA
Taman, Sepanjang, Sda. Sentot Punjangpunjung 081330130897
Sugeng Mulyono 081331666766

ZAWIYAH MASJID MUHAJIRIN
Wisma Transito, Jl Margorejo 74, Surabaya
Setiap Jum'at malam, ba'da IsyaBp.Sentot (031-788-2476) 081330130897

ZAWIYAH KAMPUS ITS SURABAYA
Bp. Son Kuswandi HP. 0813 3193 2011Bp. Hatta HP. 0818 8571807
Bp. Darmaji HP. 0813 3152 2154

M A L A N G :
Bp. Medy, HP. 08155 3038 210Bp. Hadi, HP. 0811 360 620

LUMAJANG - JEMBER - BONDOWOSO
ZAWIYAH NAQSYBANDI JEMBER
Jl.Sawo II/3 Jember. Bp. Muji-Irmulandari 08124982163

ZAWIYAH NAQSYBANDI JEMBER
jl. Sawo II No.4, Patrang, Jember Setiap Kamis Malam, Bada Isya
Kontak Person : Ibu Irmulandari, Telp 0331-485681. HP 0812 4982 163

ZAWIYAH NAQSYBANDI LUMAJANG
Jl. KH. Ghozali X/9 Citradewangsan, Lumajang
Informasi Abd.Rosyid Murodi 081336528874

ZAWIYAH NAQSYBANDI BONDOWOSO
Pondok Pesantren Al-Falah, Kajar, Bondowoso
Informasi Ibu Makkiyah 081933307903

ZAWIYAH NAQSYBANDI BONDOWOSO
Masjid Adz Dzakirin, Jl.KH. Agus Salim, Gg.Taman Bondowoso
Abdul Hamid 081913863552, Makki 081933307903

ZAWIYAH TUBAN KOTA - JAWA TIMUR
Perum Siwalan permai praja no 3. Telp. 0356 320193, 0356 329886 (Made)
HP. Made 081331213660 . Ali Shodiq 0356 611660 .
Jadwal Zikir Malam senin dan Malam Jum,at ba'da isya di Mantingan Senori.
Malam Jum'at di Jl. Teuku Umar 9A Belakang depot Barokah. Desa Mantingan -
Senori Tuban

ZAWIYAH NAQSYBANDI DEMEN - NGANDHEL
Ngantingan-Senori, Jojogan, TubanMasjid Demen Ngandel Naqsyabandi, Dusun
NgantinganDesa Banjarworo, Kecamatan Bangilan TUBAN,
Bp. Munzaki HP 081335636418, Tiap Senin Malam dan Kamis Malam Bada Isya.

ZAWIYAH NAQSYBANDI SIWALAN
Mushalla Komplek Siwalan Permai, Tuban
Yudi 0813 3065 4310

BALI

PESANTREN PONDOK ASRI
Singaraja, Bali. H. Sauqi 0813 3877 5421 Ridwan Pinem 0812 3992 329

B A L I K P A P A N :
Perumahan Bumi Rengganis Blok 5A No. 110 Balikpapan
Kontak Person Hidayat HP. 0815-20300505

S I N G A P O R E :
Zawiyah Syaikh Zakaria, Singapore TAMPINES ST 34 BLOK 362 #05-379
Syaikh Zakaria Hp 98364094.

M A L A Y S I A
Pusat Zikir Naqshbandi di Malaysia dan nombor telefon untuk dihubungi:
Kuala Lumpur - Saudara Ahmad Nazim (012) 913-8449 (English speaking) dan Bro.
Mus (012) 382-9050 (Bahasa Melayu). Alor Setar, Kedah - Saudara Rosli (012)
419-4265. Kota Bharu, Kelantan - Saudara Ku Din (019) 966-3993 Alamat Dergah
Pulau Pinang : No 24, Cangkat Minden Jalan 16, Minden Height, 11700 Pulau
Pinang (Hubungi saudara Isa: 016-4703441)




---------------------------------
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates
starting at 1¢/min.

[Non-text portions of this message have been removed]







==========================================

MILIS MAJELIS MUDA MUSLIM BANDUNG (M3B)
Milis tempat cerita , curhat atau ngegosip mengenai masalah anak muda dan islam
.
No Seks , No Drugs , No Violence

Sekretariat :
Jl Hegarmanah no 10 Bandung 40141
Telp : (022) 2036730 , 2032494 Fax : (022) 2034294

Kirim posting [EMAIL PROTECTED]
Berhenti: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/majelismuda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/





HAKIKAT ADAM - RAJA AHMAD MUKHLIS

Nabi Adam a.s. dan Iblis: Siapa lebih Mulia?

Kelebihan Nabi Adam a.s. berbanding Iblis

Bismillah...Alhamdulillah...Selawat dan Salam buat Rasulillah s.a.w..

Di antara kelebihan zahir Nabi Adam a.s. berbanding Iblis ialah, Allah s.w.t. menjadikan Nabi Adam a.s. sebagai khalifah di muka bumi ini.

Adapun antara kelebihan yang tersembunyi di sebalik hakikat Nabi Adam a.s. ialah, baginda a.s. merupakan suatu jasad yang akan diletakkan roh dan nur Nabi Muhammad s.a.w. (kekasih teragung di sisi Allah s.w.t.) ke dalamnya. Oleh itu, Nabi Adam a.s. diciptakan untuk dijadikan sebab wujudnya Rasulullah s.a.w. dari nur ke alam basyariah, di dunia ini. Oleh itu, sebab yang membawa kemuliaan juga merupakan suatu yang mulia.

Di antara kelebihan batiniah Nabi Adam a.s., ialah hakikat Ubudiyah dalam diri Nabi Adam a.s. yang dikurniakan oleh Allah s.w.t. kepada baginda a.s..

Nabi Adam a.s. dikurniakan hakikat Ubudiyah yang tidak ada pada Iblis, walaupun pada zahirnya, Iblis lebih banyak beribadah kepada Allah s.w.t..

Takkala Adam a.s. diciptakan, Iblis merupakan makhluk yang palng kuat beribadah, sedangkan Nabi Adam a.s. pada ketika itu belum lagi pernah beribadah kepada Allah s.w.t. kerana baru diciptakan.

Oleh itu, takkala Iblis disuruh untuk sujud menghormati Nabi Adam a.s., ANA (sifat rasa diri sendiri bagus) meluak-luak di dalam hatinya, kerana membandingkan dirinya yang sudah lama beribadah kepada Allah s.w.t., dengan makhluk yang baru diciptakan, tanpa sebarang ibadah.

Apabila ANA dalam diri Iblis tercabar dengan Nabi Adam a.s., dia lantas lupa bahawa yang menyuruhnya sujud kepada Adam a.s. ialah Tuhan yang Maha Mengetahui segala sesuatu, dan Tuhan yang Maha Berkuasa, walaupun sebelum itu, dia telah mengenali sifat-sifat Allah s.w.t. tersebut.

Namun, apabila yang dipandangnya ialah perintah Allah s.w.t. tersebut, yang memaksa dia menghina dirinya, maka dia tidak nampak lagi kebesaran Allah s.w.t. yang memerintahnya melakukan sedemikian, dek sibuk membela kebesaran ANA (diri sendiri).

Maka, terpacullah dari mulutnya perkataan "ANA" dari dirinya lantas membandingkan ANA dengan Adam a.s. takkala mengatakan "ANA KHAIRUN MINHU" (saya lebih baik dari dia).

Namun, Iblis menyedari, kata-katanya menjatuhkan dirinya di hadapan Allah s.w.t., takkala mengutamakan ANA (dirinya) dari Allah s.w.t.. Ia secara tidak langsung menjadikan ANA sebagai tuhan selain Allah s.w.t.. Iblis lantas segera untuk menutup kesalahannya dengan perkataan: "KAMU (ALLAH) ciptakan aku dari api dan kamu ciptakan dia (Adam a.s.) dari tanah". Ini ialah satu pendustaan Iblis yang jelas, kerana ucapannya tidaklah sama seperti apa yang disembunyikan di dalam dirinya.

Kalaulah dia sememangnya bermaksud, untuk tidak sujud kepada Adam a.s., kerana dia diciptakan dari api dan Adam a.s. diciptakan dari tanah, apa masalahnya sang api sujud menghormati sang tanah? Dari perkataannya sendiri "KAMU menciptakan aku..." telah jelas bahawa, Allah s.w.t.lah yang mencipta sesiapa yang dikehendaki sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Jadi, kalaulah dia benar-benar faham apa yang dikatakan tentang "Kamu ciptakanku dari api dan Kamu ciptakan dia dari tanah", maka, tidak akan menghalang dia untuk sujud kepada Adam a.s. takkala diperintah oleh "KAMU" (Allah s.w.t.) yang menciptakan ku (iblis) dan dia (Adam a.s.). Ini kerana, kalaulah iblis hayati bahawa dia diciptakan oleh Allah s.w.t. dan Adam juga diciptakan oleh Allah s.w.t., jadi tidak boleh mengatakan "SAYA lebih BAIK dari DIA" dari sudut penciptaan kerana kedua-duanya dari Allah s.w.t..

Tetapi, apa yang tersembunyi dalam hatinya bukanlah dari sudut perbezaan ciptaan antaranya dengan Adam a.s. yang diciptakan dari tanah, kerana iblis juga faham, tanah lebih banyak manfaat dari api. Apa yang tersimpan dalam hatinya ialah "ANA", tuhan selain Allah s.w.t., takkala merasa dirinyalah yang taat kepada Allah s.w.t. dan dirinyalah yang bersusah-payah beribadah kepada Allah s.w.t., sehingga lupa bahawa, ianya (ketaatan dan usahanya) dari Allah s.w.t., padahal dia mengetahuinya.

Apabila hijab diri sendiri menebal, maka yang wujud di pandangannya hanyalah ANA (diri sendiri), bukan DIA (Allah s.w.t.). Maka, Allah s.w.t. memurkai Iblis kerana dia menyembah "ANA" (diri sendiri) takkala merasa diri sendiri layak dikatakan "BAIK" sedangkan sifat "BAIK" itu dari Allah s.w.t. dan hanya Allah s.w.t.lah yang boleh mengaku baik, dan hamba-Nya perlu merendah diri di hadapan Allah s.w.t. yang Maha Baik dengan menghina diri sendiri.

Jadi, kegagalan Iblis menghina diri dengan sujud kepada Adam a.s. kerana tidak mahu merendah diri di hadapan Allah s.w.t. takkala hijab ANAnya menebal, menyebabkan dia (Iblis) sendiri akhirnya mengetahui hakikat bahawa, Adam a.slah yang lebih baik daripadanya, kerana dirinya gagal merendahkan diri di hadapan Allah s.w.t..

Adapun hakikat Adam a.s., seorang Nabi Allah s.w.t., maka sememangnya baginda a.s. lebih baik dari Iblis. Takkala Iblis berusaha untuk menjatuhkan Adam a.s. sepertinya juga, dengan maksiat, Allah s.w.t. mengizinkannya dengan meletakkan syariat kepada Nabi Adam a.s. di dalam syurga tersebut, takkala melarang Adam a.s. dari mendekati dan memakan buah khuldi, bagi memberi ruang Iblis menguji hakikat Nabi Adam a.s. Kalau tiada larangan dari Allah s.w.t., dari mana datang maksiat untuk Nabi Adam a.s. di dalam syurga, kerana maksiat berkaitan dengan melanggar arahan. Kalau tiada perlanggaran terhadap arahan, maka tiada maksiat.

Maka, setelah Allah s.w.t. memberi satu arahan mudah kepada Nabi Adam a.s. supaya tidak memakan buah khuldi, Iblis berusaha untuk menjatuhkan Adam a.s. ke lembah maksiat supaya Adam a.s. sama sepertinya, kerana pada ketika itu, Adam a.s. lebih baik darinya kerana tidak pernah melakukan maksiat.

Iblis menipu Adam a.s. dengan mengatakan: "Tuhan tidak benarkan kamu makan buah khuldi kerana tidak mahu kamu jadi malaikat ataupun supaya tidak mahu kamu kekal dalam syurga".

Jadi, Nabi Adam a.s. terfikir, untuk sentiasa bersama dengan Tuhannya, dan tempat yang paling hampir dengan Tuhannya ialah di syurga. Dia juga terfikir, untuk menghampiri Allah s.w.t. dengan menjadi malaikat kerana, pada pendapatnya, malaikat lebih hampir kepada Allah s.w.t. berbandingnya.

Maka, hakikat Adam a.s. memakan buah khuldi ialah untuk menghampiri Allah s.w.t., walaupun pada hakikatnya, cara menghampiri Allah s.w.t. ialah dengan mengikut suruhan Allah s.w.t.

Jadi, salah faham Adam a.s. tentang mahfum taqarrub (menghampirkan diri kepada Allah s.w.t.) menyebabkan baginda a.s. salah memilih cara taqarrub dengan memakan buah khuldi tersebut, dengan tujuan untuk menjadi malaikat supaya dapat lebih hampir kepada Allah s.w.t., dan
kekal dalam syurga supaya dapat sentiasa menghampiri Allah s.w.t. .

Jadi, di sebalik maksiat Adam a.s., ialah UBUDIYAH (pengabdian diri kepada Allah s.w.t.) takkala niatnya ialah untuk menghampiri Allah s.w.t., sedangkan di sebalik maksiat Iblis ialah, RUBUBIYAH ANANIYAH (menjadikan diri sendiri tuhan di samping Allah s.w.t.) dengan merasakan diri sendiri baik.

Jelaslah bahawa, kelebihan utama antara Nabi Adam a.s. dengan Iblis ialah, pada penghayatan makna UBUDIYAH dalam diri, takkala Nabi Adam a.s. mengakuinya sedangkan Iblis menjadikan RUBUBIYAH dalam dirinya.

Lihatlah secara jelas, bagaimana Adam a.s. takkala diturunkan ke dunia untuk membayar harga maksiatnya, Adam a.s. sentiasa menyalahkan diri sendiri dan menyesal serta mengakui bahawa: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami, dan jika Engkau tidak mengampunkan kami, maka kami akan termasuk di kalangan orang-orang yang rugi".

Dalam doa Adam a.s. ini, ada makna Ubudiyah yang tinggi iaitu:

Menisbahkan kezaliman kepada diri sendiri dan kepada diri sendiri

Menegaskan bahawa, dari Allah s.w.t.lah, datangnya segala kebaikan takkala mengatakan "kalau Engkau tidak mengampuni kami, kami temasuk di kalangan mereka yang rugi" Dalam doa ini mengandungi makna, kebergantungan seseorang hamba kepada Tuhannya dan tanpa cinta Tuhannya, maka rugilah seseorang hamba.

Sedangkan Iblis pula, takkala melakukan maksiat dengan tidak sujud kepada Adam a.s., tidak mengakui kesalahan, bahkan bersumpah untuk menyesatkan orang lain sama. Lihatlah betapa takabburnya Iblis dan betapa rendah dirinya Adam a.s. di hadrah Ilahi s.w.t..

Maka, siapakah sebenarnya yang lebih mulia di sisi Allah s.w.t.?

Maka fahamilah...

Wallahu a'lam...

Alfaqir ila Rabbihi Al-Jalil

Ahmad Mukhlis bin Raja Jamaludin

Prev: BSC: Mafhum Ibadah dalam Ubudiyah
Next: Yang Bernama Wanita